Mohon tunggu...
Chyntia Agustin
Chyntia Agustin Mohon Tunggu... -

hobbyku membaca dan mengarang cerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Love Friendship

20 Maret 2011   13:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:36 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdiam di dalam kamar setelah bangun adalah hal yang paling disukai May. Ia membuka laptopnya dan menyalakan sebatang rokok. Ia kembali memainkan jemarinya diatas keyboard laptop. Mengetik cerita yang sudah muncul di dalam pikirannya, kali ini dia menulis tentang hidup dan sahabatnya.

Setelah bosan berada di dalam kamar, ia memasukan laptop ke dalam tas dan membereskan diri. Ia turun ke lobby apartemen dan menuju ke tempat parkiran. Lalu ia mengemudikan mobil kecil hasil modifikasi bengkel langganannya yang membuat siapapun yang melihat ia lewat akan terpesona. Hari ini ia ada janji dengan sahabat – sahabatnya untuk berkumpul di café tempat biasa mereka berkumpul.

***

Acara wisuda telah dimulai, Zenny dan Cynta telah menunggu kehadiran May dan Valen. May dan Valen tidak meneruskan kuliah karna mereka memutuskan untuk nikah dan kerja. Zenny yang paling ceria diantara mereka, ia yang paling kocak dan bisa menciptakan suasana yang tenang jika berada didekatnya. Tapi satu kelemahannya, ia terlalu percaya kepada orang yang tidak begitu ia kenal. Ia tidak begitu beruntung dalam soal cinta. Ia sering di bohongi oleh mantan – mantan pacarnya. Dan yang terakhir adalah Ando. Cowok yang paling ia sayangi yang paling lama bersama dia. Ternyata cowok itu tega menipunya mentah – mentah. Ia membawa pergi tabungan Zenny dan pergi bersama wanita lain.

Zenny sempat flustasi, tapi untung saja ia masih memiliki sahabat yang selalu ada disisinya. Usai kuliah, ia memutuskan untuk melamar pekerjaan di salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang Sky land. Disanalah ia belajar mencari jati dirinya sambil mengejar cita – citanya yang ingin menjadi pramugari. Perusahaan Tour itu dipimpin oleh pimpinan yang masih muda, dan menjadikan Zenny sebagai sekretarisnya. Semua wanita bisa saling membunuh untuk mendapatkan posisi yang sedang diduduki olehnya, kenapa tidak? Herman pimpinannya adalah seorang pria yang memiliki tampang menarik, tajir, pintar dan yang pasti memiliki standart. Pekerjaan Zenny adalah selalu ada di sisi atasannya. Tapi yang patut disalutkan adalah Zenny memiliki profesionalitas yang tinggi. Dan ia bisa membedakan mana urusan pekerjaan dan mana yang pribadi, jadi ia tidak mungkin mengambil kesempatan untuk mencuri tampang bosnya yang ganteng itu.

Ada satu hal yang membuat Zenny betah bekerja disana, karna rasa kasihan terhadap bosnya. Secara tidak sengaja saat Zenny mengantar pakaian bosnya yang baru diambil dari laundry, ia melihat foto keluarga Herman. Yang ada hanya fotonya dengan seorang wanita dan seorang perempuan muda. Ia sangat membenci ayahnya yang meninggalkan mereka dan menikah lagi. Ibunya menjual diri agar mereka bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi tanpa sepengetahuan anak mereka, sampai akhirnya ibu mereka meninggal gara – gara penyakit AIDS. Setelah tau pekerjaan ibunya, adik perempuannya memilih jalan bunuh diri. Tanpa disangka, tinggal Herman penerus perusahaan kakek dari ayahnya. Istri kedua ayahnya tidak mempunyai keturunan, Apalagi pernikahan kedua ayahnya tidak pernah direstui oleh kakeknya. Singkat cerita, perusahaan yang ia pimpin kini adalah warisan kakeknya.

Herman memiliki kenangan yang paling menyenagkan bersama ibu dan adik perempuannya. Hampir setiap ada waktu, mereka bersama – sama membuat cup cake. Ia sangat menyukai makanan itu. Dan Zenny pun mencoba untuk belajar membuat cup cake coklat. Jika ada waktu luang, ia pergi ke toko buku untuk mengumpulkan semua resep yang ada tentang cara membuat cup cake. Di sela – sela kesibukannya, ia mempunyai hobby memasak dan masakkannya tidak perlu di ragukan lagi.

***

Cynta memang yang paling diam diantara mereka berempat. Ia tidak pernah pacaran, sahabat – sahabatnya sudah bosan untuk mengenalinya dengan cowok agar dia bisa memilih salah satu yang cocok untuknya. Entah tidak ada yang cocok atau terlalu pandai memilih, hingga tak ada satu pun yang ia pilih.

“lihat… Subadjo sekarat. Dan pewaris semua asetnya adalah cucu tunggalnya Edward Subadjo. Cucu tunggal lo…wah…” ucap Valen saat mereka berkumpul di café yang biasa menjadi tempat berkumpul mereka.

“Ed? Ada fotonya gak?” tanya Cynta

“kenapa? Jangan bilang kalau kamu kenal ya…” goda May

“sorry gue telat. Ini coba di tes..” ucap Zenny yang telat datang dan menyodorkan sekotak yang berisikan cup cake coklat.

“sepertinya setiap minggu kita menjadi kelinci untuk mencoba cup cake mu” ucap Valen

“em…sudah boleh.tapi sepertinya ada yang kurang…” komentar May

“kamu lupa menaruhkan vanili agar bau telur yang amis hilang” timpal Cynta yang mewarisi toko baker keluarga.

“oh iya…aku sampai lupa. Akan ku coba minggu depan.Terus kita kemana hari ini?”

“kita shopping, yuk! Katanya tas terbaru koleksi Gucci sudah keluar hari ini. Aku ingin melihat modelnya.” Ucap Valen yang memang hobby shopping.

***

Dari pukul satu siang sampai pukul delapan malam mereka masih saja menjelajahi mall dan sambil menjingjing tas yang sudah penuh di tangan mereka. Valen membeli tas dan sepatu dengan bermacam – macam merek. May membeli buku, agar wawasannya bertambah dan bisa membuat cerita yang menarik. Zenny membeli buku resep memasak dan beberapa peralatan memasak. Cynta hanya membeli sebotol jus segar dan menemani sahabat – sahabatnya berbelanja. Sangkin asiknya mereka berbelanja, mereka tidak sadar Cynta telah berpencar dari mereka. Saat jalan – jalan tadi, Cynta bertemu dengan orang yang familiar dengannya. lalu ia mencoba untuk menghalangi jalan pria itu dengan tubuh munyilnya.

“tolong minggir sedikit.”

“tidak” ucap Cynta pada pria itu sambil merentangkan tangannya

“mau mu apa?”

“Cuma mau tau kalau kabarmu itu baik – baik saja”

Laki – laki itu heran melihat Cynta. Tapi waktu dan uang telah membuat laki – laki itu lupa akan masa lalu.

“tolong minggir!” dengan kasar pria itu menggeser badan Cynta lalu pergi meniggalkan tempat itu. Wajah Cynta pucat dan darah segar mengalir dari hidungnya. Hal ini sering terjadi pada dirinya, entah ada apa yang terjadi pada dirinya.

***

Valen memarkirkan mobil vios di perkarangan rumahnya yang asri dan terawat. Kemudian ia mengangkat semua barang belanjaannya ke dalam rumah. Tampak Nino suaminya belum pulang, mungkin hari ini di prakteknya sedang banyak pasien. Valen memilih mandi dahulu sebelum suaminya pulang. Diantara mereka berempat, yang paling beruntung adalah Valen. Ia dilamar pacarnya yang lebih tua jauh darinya, dan yang pasti pacarnya itu memiliki masa depan yang cerah.

Nino seorang dokter umum yang pintar dan memiliki banyak pasien. Hidup Valen sangat berkecukupan dan hanya satu kekurangannya, setelah melewati umur pernikahan yang hampir satu tahun, Valen tidak dikaruniai anak. Setelah satu tahun lebih, keluarlah sifat asli Nino. Ketika ia stress ia akan mengamuk pada Valen, bahkan tidak segan – segan ia bisa mengangkat tangannya dan memberikan kekerasan pada Valen. Ketika Valen sudah tidak tahan dan menangis, Nino baru kembali seperti sedia kala. Memeluk, minta maaf dan mengucapkan kata cinta pada Valen dan berjanji ia akan berubah. Tapi hal itu masih terjadi dan semakin parah. Valen takut dengan perceraian, keluarga Valen adalah keluarga yang terhormat dikota ini. Perceraiannya akan mencemarkan nama baik keluarganya. Karna alasan itu ia memilih untuk bertahan.

“Va…matamu kenapa?” tanya May saat datang membawa Michiko anak perempuannya berkunjung ke rumah Valen. Valen menyembunyikan hal ini dari sahabatnya.

“kemarin terbentur pintu”

May bukan seorang wanita yang gampang ditipu begitu saja. Dan may tau ada yang tidak beres dengan sahabatnya ini. Ia tidak ingin mencari tahu, karna ia tau kalau sahabatnya mempunyai alasan yang jelas untuk tidak menceritakan hal yang sebenarnya terjadi padanya.

***

May lelah setelah seharian keluar bareng sahabat – sahabatnya. Ia tertidur disofa kesayangannya sambil mendengarkan mesin penyimpan pesan teleponnya. Kebanyakan mesin itu memutar pesan yang datang dari editor nya yang menanyakan naskah cerita yang sudah harus diserahkan besok. May jarang menggunakan telepon genggamnya, yang biasanya nomor telepon selulernya itu hanya di ketahui ketiga sahabat, sekolah anaknya, dan ibunya yang selama ini mengurus anaknya.

May tau bahwa ia masih belum siap untuk mengurus anak pada waktu ia memiliki Michiko. Ia hamil saat ia duduk di bangku SMA, pacarnya Rangga yang masih kuliah mau bertanggung jawab dan menikahi May. Tapi orang tua Rangga tidak pernah suka dengan May. Bagi mereka May tidak sederajat dengan mereka. Dan mereka menuduh May ingin kekayaan yang dimiliki mereka dan menguasai Rangga. Bulan ke tujuh kehamilan May lalui, makin lama perutnya makin membesar. Semakin lama bayi itu akan keluar dari perut May. Semakin cepat waktu berlalu, semakin kejam perlakuan keluarga Rangga padanya. Dan akhirnya May memutuskan untuk pisah rumah dan menggugat cerai pada Rangga.

Rangga sangat mencintainya,ia tidak menyangka kalau May akan menggugat cerai. Rangga ingin rujuk dengan May, tentu saja keluarganya tidak akan tinggal diam. Mereka menggunakan cara kotor agar Rangga mau menceraikan May. Mereka memfitnah anak yang dikandungan May bukanlah anak Rangga. Akhir cerita, Ranggga setuju bercerai dengan May. Diumur yang baru 17tahun, May sudah memiliki anak. Dan ia memutuskan untuk menitipkan Michiko pada ibunya dan ia bekerja untuk membiayai anaknya. Tapi ia masih beruntung memiliki sahabat yang siap membantunya sampai ia bekerja di perusahaan penerbitan dan ia melanjutkan hobby menulis dan menjadi penulis dengan bayaran yang tinggi. Dan sampai sekarang ia bisa menyekolahkan Michiko ke sekolah yang paling bagus di kotanya.

***

Setiap pagi, Zenny selalu datang ke kantor lebih awal dan menaruh sebuah cup cake di meja Herman tanpa seorang pun yang tau. Jika sampai ada yang tau, bisa – bisa timbul gossip dan berakhir dengan masalah.

“Zenny, kamu keruangan saya sekarang.”

Zenny pun melangkah menuju ruangan Herman.

“rasa cup cake buatanmu enak.”

Hah?

Zenny bingung. Bagaimana Herman bisa tau kalau yang buat cup cake itu dia?

“kamu pikir aku tidak akan tau siapa yang selalu menaruh kue ini di mejaku sebelum aku datang?” ucap Herman dan kemudian ia memperlihatkan CCTV yang ada di ruangannya. Zenny lupa dengan CCTV yang terpasang di ruangan bosnya itu. Tampak jelas wajah Zenny merona merah seperti kepiting rebus. Herman berjalan mendekati Zenny dan hal itu membuat jantungnya hampir berheti berdetak. Dan pria itu berbisik di telinga Zenny.

“akan terasa lebih enak bila dibuat bersama dengan orang yang kita cintai”

“maaf pak. Saya permisi dulu” ucap Zenny agar ia bisa cepat – cepat keluar dari ruangan bosnya yang sudah terasa tidak beroksigen lagi.

Disisi lain, Herman hanya tersenyum dan berkata dalam hati.

Menarik sekali.

***

Seperti petir disiang hari yang menyambar Cynta saat ia membuka hasil test laboratorium yang menyatakan bahwa ia positif mengidap penyakit leukemia. Ia berusaha menahan air matanya yang hampir tumpah dari kedua matanya yang indah. Kedua tangannya menarik rok yang ia pakai seperti orang yang sedang menahan sakit. Ia cepat – cepat meninggalkan laboratorium dan bergegas pulang ke rumahnya. Yang ingin ia lakukan sekarang hanya bersembunyi di kamar, menyendiri, menghindar dari pertanyaan bibi Nur yang selama ini telah mengasuhnya. Berdiam dan menangis.

Hal pertama yang ingin dia lakukan adalah mencari dimana ibu kandungnya. Ibu yang telah meninggalkannya sejak ia berumur delapa tahun, dan wanita itu tidak pernah kembali untuk melihatnya bahkan menayakan bagaimana kabarnya. Yang Cynta tahu kalau ibunya sudah menikah lagi dan mempunyai seorang anak yang hanya berbeda beberapa tahun darinya. Cynta diasuh ayah dan kakeknya. Ayahnya tidak pernah menikah lagi, Ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.

Cynta mencari bibi Nur untuk mencari tau dimana keadaan ibunya. Bibi Nur sudah berjanji akan menutup rahasia ini pada Cynta. Dan ia bersikeras tidak akan memberitahu Cynta.

“bibi tidak bisa bilang non…”

“ku mohon bi…Cynta hanya ingin melihatnya…”

“tetap tidak bisa non”

“apa salah seorang anak melihat ibunya?”

“bukan itu non…bibi sudah janji dengan almarhum papa dan kakek.”

Cynta masuk ke kamar. Ia kembali dengan membawa hasil test laboratorium dan ia perlihatkan pada bibi Nur. Walau bibi Nur hanya pengasuh Cynta, tapi ia adalah orang yang terpelajar. Membaca hasil test itu bukan hal yang sulit buatnya.

“bi…aku mohon…waktuku untuk mencari mama tidak banyak…”

“ya Tuhan…kenapa harus begini???” bibi Nur tidak kuasa menahan tangis dan memeluk Cynta yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya sendiri.

“bi…jangan nangis lagi, donk! Ingat bi…suatu hari pasti semua orang akan menemui ajalnya. Yang berbeda hanya kapan dan bagaimana ia mati. Jangan pernah sesali itu bi…”

Setelah agak tenang, bibi Nur memberi tahu dimana ibu Cynta berada.

***

semakin hari semakin Zenny sadari bahwa ia memang tertarik pada atasannya. Tanpa mereka sadari, mereka memang sudah menyukai satu sama lainnya. Hal itu terungkapkan pada saat Zenny di tugaskan menemani Herman meeting di Bali. Di sela – sela meeting, mereka menyempatkan waktu untuk jalan – jalan bersama.

“sepertinya lebih enak menjalani hidup sendiri tanpa pasangan yah?” herman mengawali pembicaraan mereka yang terlihat kaku sejak mereka di Bali.

“em…ada enak dan tidak enaknya. Saat kita sakit, tidak ada yang mengurusi dan memperhatikan kita, tidak ada yang mengingatkan kita, tidak ada yang berbagi kasih sayang bersama kita. Enaknya kita lebih bebas dan kalau kemanapun tidak akan merasa terikat dengan seseorang.”

“kenapa kamu tidak pacaran, Zen?”

“hah?em...cuma Lagi malas,pak!”

“panggil saja saya mas. Kita kan sedang tidak di kantor. Coba cerita donk! Banyak kan pria yang mengejarmu? Kenapa tidak kamu pilih salah satu diantara mereka?”

“enggak, mas… saya baru putus. Dan tidak ada rencana untuk pacaran dulu.”

“memang susah ya lupain mantan?”

“bukan salah mereka, aku yang sudah tidak bisa percaya lagi… dan aku pengecut. Tidak berani mencoba lagi. Aku takut terluka.”

Dipikiran Zenny ia teringat akan masa lalunya bersama Ando, rasa sakit itu masih terasa di dadanya.

“aku juga baru putus dengan pacarku.” Sambung Herman.

Zenny bingung, sejak kapan atasannya itu punya pacar? Kenapa tidak ada yang tau?

“pacar?”

“iya…dia sahabatku dari kecil. Ia tinggal di sebelah rumahku saat itu. Kami memutuskan pacaran karena kami ingin saling mengisi kekosongan hati kami. Ayo kita ke pantai…”

Herman mengajak Zenny bermain di pantai sampai makan malam tiba, dan mereka dinner bareng. Rasanya hanya sebentar buat mereka lalui waktu berdua. Suasana yang mendukung dan perasaan mereka yang menyatu membuat mereka mentuntaskan kekosongan mereka dengan berciuman di café.

***

Pulang ke rumah, Nino kembali bertengkar dengan Valen dan dengan kasar ia menampar istrinya. Valen yang sudah tidak tahan lagi kembali melawannya dan menamparnya. Yang ia dapatkan bukanlah kesadaran suaminya, tapi tubuhnya ditolak Nino dengan kasar sampai Valen merasa tubuhnya ikut hancur bersama perasaannya. Tanpa berpikir panjang, Valen mengambil kunci mobil dan berlari keluar rumah, ia melajukan mobilnya.Yang dipikirkan Valen adalah apartement May, dan yang pasti bukan rumah orang tuanya. Sampai di depan apartementnya, ia menekan bell dan terduduk didepan pintu sambil menangis.

May yang di dalam sedang berendam dalam bath tub, ia baru sampai di rumah dan memilih berendam. Hampir ia menyelesaikan berendamnya, ia mendengar suara bell pintu dan di susul tangisanseorang wanita di depan pintunya yang membuatnya cepat – cepat memakai handuk dan berlari ke depan pintu. Dan ia menemukan sahabatnya sudah capek untuk menangis. May menompang badan Valen yang sudah lemas dan membawanya masuk ke apartementnya, menyilahkannya duduk di meja makan. May menawarkan air gula hangat pada sahabatnya.

“tenangkan dirimu dahulu”

Kemudian May menekan nomor Zenny dan Cynta agar mereka datang membantunya menenangkan Valen yang sedang kacau.

Zenny dan Cynta tiba secara bersamaan dari arah yang berbeda. Mereka langsung memeluk Valen yang masih terisak. Valen tidak bisa menyimpan masalahnya lagi. Ia langsung menceritakan semua hal yang terjadi pada sahabat – sahabatnya itu.

“aku sudah tau ada yang tidak beres denganmu waktu itu. Dan kamu memilih untuk merahasiakannya, kamu tau kan tidak ada rahasia antara kita?” ucap May tegas.

“aku takut keluargaku tidak akan mendukungku. Kalian tahu bagaimana tabiat keluargaku, bagaimana sikap mereka, dan mereka paling tidak suka dengan perceraian yang mereka anggap seperti mencoreng nama baik keluarga karena statusku nanti sebagai seorang janda.”

“kami tau Val…tapi mau sampai kapan kamu bertahan? Mau sampai kapan kamu begini terus?” balas Zenny.

“sebaiknya kamu melapor ke polisi!” timpal May.

“yah public tau donk!” bantah Valen

Cynta memegang pundak Valen, lalu ia mengatakan pada Valen

“percaya apa kata hatimu. Jangan takut pada sekitarmu. Ingat kalau kamu masih punya kita yang mau menampung rasa sakit bersama, yang mau berbagi suka dan duka bersamamu, dan yang selalu ada kapan kamu butuh seperti sekarang ini. Kami hanya ingin yang terbaik buatmu sekarang ini. Kamu pikirkan saja dulu”

“benar kata Cynta, Va. Kita nginap disini malam ini. Kita berbagi cerita bersama, mau kan?” tambah Zenny.

Akhirnya mereka menginap dan menemani Valen semalaman.

***

Hasil visum Valen sudah keluar, akhirnya ia memilih untuk melakukan visum pada dirinya. Ia memberanikan diri untuk pulang ke rumah untuk mengambil barang – barangnya. Valen ditemani May, karna Zenny dan Cynta harus mengurusi masalah mereka. Valen pulang kerumahnya, kemungkinan besar ia akan bertemu dengan Nino karna hari ini adalah hari minggu. Suasana rumah tampak memang tapak sepi. Valen masuk kekamar dan melihat kamar mereka seperti kapal pecah, sama halnya dengan ruangan lain dirumah itu. Sampai akhirnya mereka menemukan tubuh Nino di tepi kolam renang yang tidak sadarkan diri. Valen dan May langsung mengangkat tubuh Nino ke dalam mobil dan mereka langsung menuju ke rumah sakit.

Hasil test adalah Nino seorang pemakai narkoba. Valen tidak tau bahwa Nino pemakai, yang ia tau suaminya sering stress dan ia akan memukulnya. Ia tidak tahu bahwa itu pengaruh dari stress dan obat setan itu.

***

Zenny sibuk menyiapkan laporan hasil meeting di bali untuk diperiksa Herman. Yang ia harapkan jika ia bertemu dengan atasannya, jantungnya bisa berdetak dengan normal. Ia tidak ingin jantungnya berdetak dengan kencang lagi.

“malam ini kamu ada acara? Aku ingin kamu hadir bersamaku di acara keluargaku. Aku ingin memperkenalkanmu pada mereka.”

“aku?”

“yah…aku ingin mereka mengenal wanita yang ku sayangi.”

“em…”

“kalau kamu tidak bisa, aku tidak akan memaksa. Nanti malam jam tujuh aku jemput. Kalau kamu siap – siap, berarti kamu bersedia menemaniku. Kalau tidak, aku akan pergi sendiri.”

Sesampai di rumahnya, Zenny duduk di depan lemarinya dan bingung harus memakai pakaian apa. Yang ia lakukan adalah menelepon Cynta untuk menanyakan pendapatnya.

“jadi kamu mau pergi? Ada kemajuan ny…pakai saja yang simple. Jangan lupa make up minimallis. Ok? Good luck ny…”

Pukul tujuh malam Herman sampai di depan perkarangan rumah Zenny. Zenny sudah siap dari tadi sebelum Herman datang, ia paling tidak suka ditunggu dan menunggu. Tapi langkahnya terhenti di kotak surat yang ada di sisi pagar rumahnya. Sejenak ia melihat stempel surat itu dari Paris. Ia tidak membacanya, dan kemudian ia memasukkan surat itu kedalam hand bag putih kesayangannya.

“maaf lama” ucap Zenny malu.

“tidak. Kamu wanita yang tidak pernah membuat orang menunggu. Malam ini kamu terlihat cantik.”

Sampai di rumah tante Herman, keluarga besarnya tidak menyangka Herman akan membawa seorang wanita kepesta itu. Mereka berpikir ia akan datang sendirian, mereka juga mengundang Susi yang mereka tahu Herman dekat dengan Susi. Mereka tidak tahu kalau hubungan kedua orang itu sedang tidak baik. Susi terkejut melihat Herman membawa Zenny, begitu juga Herman terkejut melihat Susi di acara itu.

“man…tolongin tante bawa ini..” ucap tantenya yang kemudian kado – kado itu di bawa Herman

“ny…aku tinggal sebentar ya..”

Susi terus menatap Zenny. Zenny hanya diam dan berpura – pura tidak tahu kalau Susi sedang memerhatikannya.

“kamu wanita barunya, ya? Heh…” Susi tersenyum kecut melihat Zenny. Zenny tidak ingin memulai masalah dengan wanita itu.

“gue berani taruhan, kalau Herman tetap akan memilih gue!”

“zen…ayo! Ku kenalin sama keluargaku.” Herman menarik tangan Zenny

“man!apa – apaan sih loe?” Susi tidak tahan melihat tingkah Herman yang cuek padanya.

“maaf, sus. Hubungan kita sudah berkhir.”

“segitu gampangnya loe campakin gue? Tega loe, man!” Susi pergi meninggalkan pesta itu dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tampak wajah Herman terlihat sangat khawatir dengan Susi. Zenny hanya bisa menyimpan kekesalannya dalam hati. Herman tidak berminat lagi mengikuti acara itu. Zenny yang duluan meminta pulang. Hari yang kacau untuknya.

***

Kembali seperti kebiasaan lama, May memutar kotak pesan dari mesin penerima telepon. Tidak ada penelepon yang penting, sampai pesan ke empat. Terdengar suara orang yang sangat ia kenali.

“…..halo May, aku Rangga. Bagaimana kabarmu sekarang? Aku dengar kamu sudah menjadi seorang pengarang terkenal, tapi aku belum sempat membaca bukumu. Sekali – sekali kita bisa bertemu? Aku ingin bernostagia denganmu. Selasa besok aku tunggu kamu di Café tempat biasa kamu kumpul dengan sahabat – sahabatmu tepatnya pukul 12.30 nanti. Aku harap kamu datang.”

May terlonjak kaget mendengar pesan dari Rangga. Ia tak menyangka mantan suaminya itu akan mengajaknya utuk bertemu lagi setelah empat tahun lamanya. Ia bingung harus datang atau tidak besok dan memakai pakaian apa? Apa yang harus ia bicarakan? Semalaman May tidak bisa tidur dan hanya memikirkan hal itu. Oh tidak…

Pukul 11.00 ia sudah siap dan ia terlihat tenang. Take it easy. Hanya kata – kata itu yang bisa membuatnya tenang. ia sampai di tempat itu tepat pada waktunya. Rangga yang memakai kaos Polo biru bergaris putih halus duduk menunggu kedatangan mantan istrinya. Kerutan halus tampak pada wajahnya yang menandakan ia sudah mulai termakan oleh usia. Dan ia berdiri menyambut kedatangan May sambil menyapanya.

“hai…”

“hai…maaf lama menunggu”

“tidak apa – apa. Aku tidak pernah menunggu kalau yang ku tunggu itu kamu.”

Mereka hanyut dalam diam, karna tidak tau apa yang harus di ucapkan sampai May yang memulai pembicaraan

“maaf…aku masih harus mengantarkan naskah ini ke editorku”

Rangga menyerahkan sebuah amplop coklat tipis ke May

“ini tabungan yang orku”

Rangga menyerahkan sebuah amplop coklat tipis ke May

“ini tabungan yang ku simpan selama delapan tahun untuk anak kita. Aku tau yang dikandungan mu itu adalah anakku. Entah kenapa kamu bersih keras menceraikanku, aku piker setelah bercerai kamu akan bahagia makanya aku pun setuju. Setelah perceraian itu, aku tidak menemukanmu. Semua sahabatmu menutup mulut padaku. Sampai akhirnya aku bertemu dengan teman lamaku dan ternyata dia salah satu staff di kantor editormu. Aku meminta nomormu padanya. Syukur aku bisa bertemu denganmu.”

“anakku tidak perlu kamu khawatirkan. Aku masih bisa memberikan kehidupan yang layak dan pendidikan yang bagus untuknya.”

“apakah anakku tidak pernah merindukan ayahnya?”

Ucapan Rangga mengingatkannya pada tiap malam saat Machiko tidur di apartemennya setiap sabtu. Michiko setiap bertemu dengan May hanya menanyakan kapan ia bisa melihat ayahnya. May hanya cerita kalau ayahnya pergi jauh dan tidak tau kapan ia akan kembali. May selalu memberikan harapan kecil untuk anaknya.

“tidak. Ia anak yang baik.”

“kamu tidak menikah lagi?”

“bagaimana denganmu?”

“kamu cinta pertama dan terakhirku. Aku hanya ingin membina keluarga bersamamu. Aku kesini juga ingin rujuk kembali denganmu”

“keluargamu tidak akan pernah setuju jika aku yang menjadi pendampingmu.”

“oh…ayolah May…orang tua mana yang tidak egois jika hal itu berhubungan dengan kebaikan anaknya?”

“aku tidak ada waktu lagi. Bisakah aku permisi?”

“boleh jika kamu membiarkan aku berkenalan dengan anakku.”

Tanpa panjang lebar May langsung angkat kaki dari tempat itu.

“jangan terkejut jika anak itu ada bersamaku.” Ucapan Rangga sebelum ia jauh membuatnya tidak tenang.

***

Hanya secarik kertas bertuliskan alamat yang tidak jelas di tangan Cynta. Sudah hampir delapan kilometer Cynta berjalan mencari alamat di desa yang terpencil. Sampai akhirnya Cynta melihat seorang ibu – ibu yang sedang mencuci piring di samping tempat makan yang tampak seperti warung. Cynta yang kelelahan dipapah ibu itu masuk kedalam warung.

“minum tehnya dulu nak..” ibu setengah baya itu menyuguhkan teh untuk Cynta.

“terima kasih bu…” ucap Cynta sambil menatap ibu yang terlihat kusut dengan penampilannya sekarang. Tapi walau tampak kusut dan ada kerutan diwajahnya, pada dasarnya paras ibu itu terlihat cantik.

“datang dari jauh ya?”

“iya bu…”

“sendirian? Datang kedesa ini cari siapa?”

Ucapan ibu itu mengingatkan cynta dengan kertas yang menjadi satu – satunya petunjuk untuk menemukan ibu kandunagnya. Kemudian ia menunjukkannya ke ibu itu.

“ini alamat warung ini…kamu cari Yanto? Kalau benar, sebaiknya kamu pergi saja…aku tidak punya uang untuk menggugurkan kandunganmu.” Ucap ibu itu sinis.

“aku tidak kenal siapa Yanto. Aku diberitahukan alamat ini dari bibi Nur. Anda ingat?”

Terlihat jelas mimik wajah ibu itu berubah. Tangannya menutup mulut dan berusaha menahan tangis.

“aku datang jauh – jauh hanya untuk mencari bundaku…”tangisan Cynta pecah dan kontan membuat para pengunjung di warung itu kaget.

“kamu Cynta…” Cynta langsung mengangguk yang kemudian ibu itu memeluknya… pelan – pelan Cynta bercerita pada ibu itu yang ternyata adalah ibu kandungnya. Cynta memutuskan merahasiakan penyakitnya. Ibunya menikah dengan ayah Cynta karna terpaksa agar ibunya bisa membantu mencari nafkah untuk keluarga. Ibunya menyukai seorang pria yang kemudian menjadi suaminya itu setelah Cynta lahir. Ibunya melarikan diri dari rumah suami pertamanya. Ia ingin membawa Cynta tapi ketahuan ayahnya. Mereka sempat bertengkar, sampai akhirnya ibunya merelakan Cynta diasuh ayah kandungnya dan terjamin masa depannya.

Cynta tinggal bersama ibunya di desa kecil itu hanya berdua. Suami ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu, sedngkan anak laki – lakinya menghamili anak orang yang kemudian melarikan diri tanpa bertanggung jawab. Ibunya bertahan hidup dengan membuka warung itu. Tapi tak berapa lama ibunya mendapat kabar dari kampung bahwa kakek Cynta sakit keras, kemudian Cynta dan ibunya pulang kekampung halaman dimana Cynta juga dilahirkan disana.

Mereka seperti bertemu kembali setelah sekian lama terpisah. Tapi tak berapa lama mereka berkumpul, kakenya harus menghembuskan napas terakhirnya. Di desa itu Cynta lahir dan besar disana, disana juga ia bertemu dengan cinta pertamanya sewaktu ia kecil dulu. Dan tidak disangka kembalinya ia kedesa itu akan mempertemukan ia kembali pada cinta pertamanya itu.

“maaf. Apa disekitar sini ada hotel?” ucap Edward pada seorang kakek yang sedang menyapu halamannya. Orang itu heran melihat Edward yang menanyakan hal yang asing di dengarnya. Cynta yang pulang dari toko buah melihat Edward.

“yang kamu maksud apa, nak?” balas orang itu pada Edward

“dia teman ku, kek! Maaf sudah merepotkan kakek.” Cynta menarik Edward, Edward berusaha melepaskan tangan Cynta yang menariknya.

“disini tidak ada hotel ataupun penginapan.” Ucap Cynta setelah melepaskan tangannya.

“sepertinya aku pernah bertemu denganmu” ucap Edward sambil mengingatnya.

“ngapain kamu kesini?”

“bukan urusanmu?” ucapnya sombong

“kamu masih seperti anak kecil ya!” ucap Cynta sambil beranjak meninggalkannya, saat Cynta sudah mulai melangkah jauh darinya, Edward melihat sekelilingnya yang asing baginya kemudian ia mengangkat tas sportnya mengikuti Cynta.

“tunggu aku…”

Cynta membawa Edward kerumah pelangi sahabatnya didesa itu sekaligus tetangganya. Karna ia tak mungkin menampung Edward di rumahnya yang sangat sempit itu. Pelangi tinggal bertiga dengan teman sekelas mereka. Yang cowok semua termasuk dia. Mereka melihat Edward dengan bingung, seorang cowok tampan hadir diantara mereka.

“ini Pelangi, Eko, Joko. Ini Edward temanku yang datang dari kota” Cynta memperkenalkan mereka”

Walaupun orang – orang di desa itu semuanya bersahabat, tapi Edward sulit untuk beradaptasi dengan mereka yang agak terlihat kampungan. Hanya Cynta yang tidak terlihat kampungan.

“kamu bukan orang desa kan?” tanya Edward

“aku lahir disini” balas Cynta sambil tersenyum

“kamu terlihat dari kota.”

“aku memang besar dikota dengan ayahku”

“ah….aku sudah ingat! Kamu yang hari itu menghalangi jalanku”

“memang…”

“berarti kamu fansku ya?”

“siapa yang nge-fans ama kamu?”

“ayo ngaku dech…”

“kenapa kamu datang kesini”

“kenapa? Penting ya?”

“kalau gak mau cerita ya sudah.”

“aku disuruh kesini karna wasiat kakek. Kalau tidak aku hanya mendapat satu persen hatanya, sisanya akan diamalkan. Katanya aku harus menemukan apa yang penting selain harta.”

“ayo ikut aku…” Cynta membawanya kesuatu tempat yang tampak seperti gedung putih yang kosong. Yang sudah rusak parah. Edward yang melihat tempat itu tiba – tiba kepalanya sakit. Di kepalanya ia melihat darah dan dirinya waktu kecil.

“kamu gak pa-pa kan?”

“kepalaku sakit…tolong jelaskan apa maksudmu membawa aku ketmpat ini.”ucap Edward sambil menahan sakit kepalanya.

“orang tuamu meninggal disini. Kamu ingat? Aku yang menemukanmu saat helikoptermu jatuh dan hanya kamu yang selamat. Aku yang menemanimu menangis setiap malam sampai kakekmu datang kedesa ini menjemputmu dan membawa kedua jenasah orang tuamu pulang. Kamu masih terus menangis, aku cemas melihatmu pergi sambil menangis tanpa henti. Kabar terakhir yang ku dengar adalah kamu melupakan kejadian itu. Dan aku yakin kamu juga melupakanku”

Kejadian yang diceritakan Cynta terputar dikepalanya. Kepalanya semakin sakit dan akhirnya sakit itu reda ketika ia ingat kembali kejadian itu.

“setelah sekian lama kita baru bertemu kembali…”ucapan Cynta terputus karna ia jatuh dan tidak sadarkan diri. Edward panik melihat Cynta pingsan. Ia menggendong Cynta sambil berlari mencari puskesmas terdekat. Dan dokter yang ada disana mengangkat tangannya. Mereka tidak memiliki perawatan medis yang cukup untuk mengobati leukemia. Edward meminjam mobil kepala desa untuk membawa Cynta ke kota.

Dokter mengatakan bahwa Leukimia Cynta sudah stadium akhir. Edward pulang kerumah kakeknya dan mencari kuasa hukumnya. Kini ia telah ingat masa – masa kecil yang telah ia lupakan. Ia sadar ada yang lebih penting dari harta dan kekayaan, yaitu cinta. Sejak kecil Cynta ingin membangun kembali bangunan putih yang menjadi tempat ia bertemu dengan Edward. Ia menyumbangkan uang warisan kakeknya untuk membangun bangunan putih yang nanti akan menampung orang yang lanjut usia dan anak yatim piatu, juga dijadikan rumah sakit untuk orang di desa itu.

***

Zenny memutuskan untuk mengambil bea siswa di Paris dan melupakan Herman yang tampaknya lebih memilih mantan pacarnya. Ia mengucapkan perpisahan dengan sahabat – sahabatnya. Ia tidak berani berjanji akan pulang setelah usai belajar disana. Zenny pergi tanpa pamit dengan Herman, ia takut akan merusak hubungan Herman dengan Susi. Setelah ia pergi, Herman merasa kehilangannya. Cuma Zenny yang bisa membuatnya merasa tenang ketika berada disisinya.

Susi merasa ia telah memenangkan Herman kembali, tapi ia kehilangan hati Herman. Akhirnya Susi sadar kalau ia mencintai orang yang hatinya telah dimiliki orang lain. Herman mencoba mencari Zenny yang tak tau dimana. Herman mulai mendekati sahabat – sahabat Zenny. Valen dan May melakukan aksi tutup mulut, sedangkan Cynta terbaring dirumah sakit. Edwad terus menemaninya dan terus membangun gedung putih itu. Susi pun sadar kalau ia harus melepaskan Herman dan ia membuat janji dengan May untuk menanyakan masalah Zenny.

“maaf…ada perlu apa mencari saya?”

“perkenalkan saya Susi. Aku ingin menanyakan tentang keberadaan Zenny sahabat kalian.”

“maaf. Saya tidak bisa memberitahu keberadaan dia. Yang penting ia melanjutkan study ke luar negri. Kapan pulang saya tidak berani memastikannya. Mungkin juga ia tak akan pulang lagi. Itu saja yang saya tau.”

“aku sadar kalau tindakanku salah. Aku terlalu mengikat Herman. Herman memilihku dari pada Zenny karna ia kasihan padaku. Aku tidak ingin orang yang kusayangi berada disampingku hanya karna ia terpaksa dan kasihan padaku.”

“akhirnya kamu sadar juga.”

“tolonglah aku agar ia tau aku ingin ia pulang dan kembali ke sisi Herman.”

May mengirim e-mail pada Zenny melalui Hp black berry-nya.

“aku hanya bisa memastikan ia akan pulang setelah study-nya selesai. Aku tidak tahu ia mengambil berapa tahun disana.” May meninggalkan Susi dan pergi menjemput anaknya.

***

May agak telat menjemput Michiko dari sekolahnya. Anehnya di tempat biasa Michiko menunggu May yang telat, May tidak menemukan anaknya. Setelah sepuluh menit May tidak menemukan anaknya, ia mulai cemas dan takut. Tak berapa lama kemudian Rangga meneleponnya dan memberitahukan kalau anaknya sedang berada bersamanya. May bergegas melajukan mobilnya menuju kerumah Rangga. Sesampainya dirumah Rangga, May menemukan Michiko yang sedang tertawa riang bermain dengan ibu Rangga.

“mama……” Michiko berlari menghampiri May yang berdiri di depan pagar perkarangan rumah Rangga.

“May…maafkan aku tidak meminta ijin padamu membawa Michiko kerumahku.” Ucap Rangga

“May…masuklah dulu biar kita dapat berbicara padamu”

May masuk dan berbicara dengan ibunya Rangga, sedangkan Rangga menemani Michiko bermain di perkarangan rumah. Maksud ibu Rangga agar May memaafkan kesalahannya dan ia ingin May rujuk kembali dengan anaknya. May meminta agar ia di berikan waktu lagi untuk memikirkan masalah ini.

***

Nino berjanji akan berubah, ia memang sudah tidak memukul Valen lagi, tetapi ia mulai over protective pada Valen. Makin lama tingkah Nino makin kelewatan hingga Valen dilarang keluar dari kamar dan ia dikunci dari luar. Valen berjuang hingga ia berhasil keluar dari kamar itu. Dan Valen melayangkan gugatan cerai ke pengadilan agama. Orang tua Valen sangat terkejut dengan berita media massa yang mengabarkan tentang keretakan rumah tangga anak mereka. May adalah orang yang paling mendorongnya agar ia terus berjuang. Jangan takut untuk menjadi janda jika memang rumah tangga yang sudah di bina bertahun – tahun hancur. May memberitahu anaknya kalau Rangga adalah ayah kandungnya, dan ia mengijinkan Michiko bermain kerumah Rangga seminggu sekali. Dan yang pasti ia tidak rujuk kembali dengan Rangga, bukan karna ia tidak mencintai Rangga lagi, tapi melainkan ia memilih agar mereka bisa bersama tanpa ikatan daripada bersama dengn ikatan tapi pada akhirnya mereka akan berpisah.

Bangunan putih yang dibangun Edward untuk Cynta sudah hampir selesai dibangun. Dan Cynta bersihkeras ingin melihat bangunan itu. Edward pun membawa Cynta keluar dari rumah sakit dengan didampingi perawat yang dibayar khusus untuk menjaga Cynta. Edward mengajak Cynta duduk ditaman yang usai ditata.

“wah…sudah hampir selesai ya…”

“iya…tinggal tunggu kamu sembuh…”

“hahahaha….kalau aku sudah sembuh, aku ingin menikah denganmu di gedung ini…”

Edward meneteskan air mata yang sudah tak bisa ia bending lagi. Ia memeluk Cynta dengan erat.

“aku janji jika kamu sembuh aku akan menikahimu…jangan pergi tinggalkan aku…”

Cynta tersenyum mendengar perkataan cintanya itu dan ia perlahan – lahan menutupkan matanya… Edward menggoyang – goyangkan badan Cynta, tapi gadis bertubuh munyil itu tidak menyahut. Wajahnya tampak bahagia sekali.

Cynta dimakamkan disamping gedung itu yang kemudian gedung itu diberi nama Cynta Pertama. Edward mewarisi warisan dari kakeknya karna ia rela mengorbankan harta itu untuk disumbangkan, dan yang pasti ia sudah belajar bahwa cinta itu lebih penting daripada harta yang dulu telah membuatnya buta.

***

Suasana hari minggu yang cerah membuat May dan Valen begitu menikmati kopi yang mereka pesan di café tempat biasa mereka berkumpul. Velen hidup sendiri dan membuka usaha boutique, sedangkan May masih menjadi penulis dan seorang ibu. Kini Michiko tinggal bersama dengannya lima tahun terakhir ini. Dan setiap sabtu ia akan menginap dirumah Rangga. Makin lama hubungan mereka semakin baik.

“akhir pekan besok kamu ada acara, May?”

“sepertinya tidak.”

“bawalah Michiko serta Rangga. Minggu depan aku ingin pergi ke pantai bersama asistenku dan mensurvey tempat untuk pameranku musim ini.”

“eitsss…minggu depan harus temani aku mencari gaun pengantin!” tiba – tiba ada yang memotong pembicaraan mereka.

“Zenny!!!” ucap May dan Valen serentak sambil berdiri memeluknya

“kapan kamu pulang?”

“kemarin..”

“kamu mau nikah sama bule mana?”

Zenny menggelengkan kepalanya.

“dia orang Indonesia…”

Dari sana Zenny mulai menceritaakan tentang kisahnya.

Herman memilih liburan di Paris saat ia sedang berjalan – jalan, ia bertemu dengan Zenny yang sedang magang di sebuah toko bakery kecil yang terletak di pinggir jalan. Herman memesan cup cake dan ia merasakan rasa cup cake itu sangat ia kenal, dan ia meminta agar dipertemukan dengan si pembuatnya. Mereka bertemu kembali dan mereka memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan melangsungkan pernikahan disana.

*THE END*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun