Mohon tunggu...
Chyntia
Chyntia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Implementasi Nilai Agama Buddha Ketika Bersosial Media

1 November 2021   08:58 Diperbarui: 1 November 2021   09:14 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber illustrasi: Business photo created by creativeart - www.freepik.com

Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi di bidang komunikasi membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah dengan adanya sosial media. Dilihat dari sisi positifnya, sosial media membuat orang-orang dapat bertukar informasi dengan cepat, mudah dan murah. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan efek negatif karena informasi tersebut bisa saja tidak benar. Tindak kejahatan seperti penipuan dan penculikan juga sering kali berasal dari sosial media. Selain itu, ada banyak lagi efek positif dan negatif yang saling berdampingan jika kita membahas sosial media.

Saya sering bertanya-tanya mengapa bersosial media bisa menghasilkan banyak efek negatif? Kenapa tindak kriminal terjadi di dalam sosial media? Kenapa orang-orang melakukan hal buruk ketika bersosial media? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya mengarah pada satu pertanyaan besar, apakah manusia tidak mengimplementasikan nilai-nilai agama ketika sedang bersosial media? Maka dari itu, melalui artikel ini saya akan sedikit membahas bagaimana kita bisa mengimplementasikan nilai-nilai agama, khususnya agama Buddha, ketika bersosial media.

Secara singkat, agama Buddha memiliki nilai atau aturan terhadap penganutnya. Aturan ini biasanya disebut sebagai sila, ada 5 sila umum yang dijadikan sebagai patokan kehidupan bagi pemeluk agama Buddha. Sila-sila tersebut adalah,
1. Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2. Aku bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.
3. Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila.
4. Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan bohong.
5. Aku bertekad melatih diri menghindari minuman memabukkan hasil penyulingan yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.

    Lalu, bagaimana kita dapat mengimplementasikan sila-sila tersebut ketika sedang bersosial media? Pertama, tanamkan dulu sila-sila yang ada ke dalam diri kita dan selalu bersosial media dengan penuh kesadaran. Sila ke 3 dan 4 merupakan sila yang paling sering dilanggar ketika kita bersosial media, di mana perbuatan asusila adalah perbuatan tidak baik yang mencakup mengatakan perkataan kasar, tidak sopan kepada orang lain, melakukan penipuan, dan lain-lain. Kita tidak boleh melakukan hal tersebut karena dapat menyakiti perasaan orang lain, saya yakin kita semua tau ini. Tetapi saya pernah melihat banyak orang yang berkomentar jahat di kolom komentar seorang artis karena peran menjengkelkannya di sebuah film. Saya rasa ini adalah contoh ketika kita bersosial media tapi tidak dengan penuh kesadaran dan pengendalian terhadap diri kita sendiri.

    Yang kedua yaitu batasi waktu penggunaan sosial media. Berselancar di sosial media terlalu lama bisa mempengaruhi kondisi psikis dan psikologi kita yang dapat menurunkan stabilitas pikiran serta kehilangan konsentrasi. Hal ini tidak baik karena ada kemungkinan-kemungkinan kita akan melanggar sila ketika bersosial media dalam keadaan pikiran yang tidak stabil.

    Ketiga, pikirkan perasaan orang lain sebelum berkomentar di sosial media. Ketika kita melihat teman kita mengunggah sebuah foto yang berisi nilai akademiknya lebih tinggi dari nilai kita, mungkin ini akan membuat kita kesal dan ingin melontarkan kata-kata yang tidak mengenakan kepada mereka. Jika hal ini pernah terjadi, coba posisikan diri kita sebagai teman kita, apakah kita mau jika dikomentari dengan kata-kata yang tidak mengenakan? Apakah kita akan sakit hati? Dengan memikirkan hal-hal seperti itu akan membuat kita berpikir ulang untuk mengirim komentar yang tidak mengenakan dan terhindar dari pelanggaran sila.

    Nah, itu dia hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengimplementasikan nilai-nilai agama Buddha ketika bersosial media. Agama Buddha terkenal dengan ajaran cinta kasihnya yang universal tanpa batas, menghindari melakukan pelanggaran sila juga bisa dianggap sebagai menyebarkan cinta kasih. Maka dari itu kita harus menjaga jari kita dan cintai setiap makhluk yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun