Mohon tunggu...
Nana Chyintia
Nana Chyintia Mohon Tunggu... -

Namaku Chyintia Ratna Sari. Kelahiran Lampung, 23 Febuari 199*. Aku masih baru di dalam dunia kepenulisan, dan masih sangat amatir. Puisi event Kenangan "Musim Dingin Tertinggal Kenangan" Puisi "Mimpi Seorang Perantau" dalam buku kumpulan Antologi puisi penerbit Sabana Pustaka adalah puisi pertamaku yang di bukukan. contact me, fb Chyintia Ratna Sari cemoutdharyus@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menggebrak Minat Baca Masyarakat

2 Juli 2016   18:57 Diperbarui: 1 Agustus 2016   21:35 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: rotasinews.com

Oleh: Chyintia Ratna Sari dan  M. Ginanjar Eka Arli

Betapa miris kita melihat kapasitas sumber daya manusia Indonesia saat ini. Seperti dilansir oleh UNSECO pada tahun 2012, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari 1000 penduduk hanya satu orang yang tertarik membaca. Menurut indeks pembangunan pendidikan UNESCO ini, Indonesia berada di urutan 69 dari 127 negara. Sementara data UNDP menyebutkan angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen. (Republika, 27 Februari 2015). Padahal, indikator suatu negara dikategorikan maju atau tidaknya bisa dilihat dari budaya membacanya. Ironis, tetapi memang demikian kenyataannya saat ini.

Menghadapi masalah tersebut, tentu saja pemerintah tidak tinggal diam. Memasuki kurikulum 2013, pemerintah mulai mencanangkan gebrakan dalam rangka menanamkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung pada anak-anak sejak usia dini. Jika dahulu anak-anak wajib bisa membaca di tingkat SD, khususnya kelas satu atau dua, maka sekarang kewajiban tersebut menurun hingga tingkat TK atau Taman Kanak-kanak. Kebijakan ini memang menuai kontroversi, ada kelebihan dan kekurangan yang bisa kita lihat dari masing-masing pihak.

Terlepas dari kontroversial tersebut, langkah yang diambil pemerintah pada dasarnya memang bertujuan untuk memberantas buta huruf di Indonesia. Senada dengan hal tersebut, pihak-pihak kampus pun sudah mulai gencar membentuk berbagai program untuk mendukung pemerintah. Salah satu program andalan yang sering menjadi ujung tombak universitas adalah KKN atau Kuliah Kerja Nyata.

Program KKN ini biasanya diadakan oleh mahasiswa tingkat tiga (semester lima atau enam). Oleh pihak kampus, para mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan sepuluh sampai sebelas orang, lalu mereka disebar ke seluruh desa maupun dusun yang berada di daerah cakupan kampusnya. Sebut saja untuk wilayah Jawa Barat, tempat-tempat yang biasa digunakan sebagai daerah KKN diantaranya Garut, Sumedang, Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Sukabumi, Subang, dan sebagainya. Dari daerah tersebut yang perlu diperhatikan adalah daerah kabupaten Subang.

Subang terkenal sebagai salah satu daerah yang memiliki jumlah masyarakat buta huruf terbanyak di daerah Jawa Barat. Tidak hanya membaca, bahkan orang dewasa dan lansia masih tidak bisa menulis dan berhitung. Bayangkan, betapa jauhnya kemampuan yang mereka miliki ketimbang anak-anak saat ini yang hidup berlimpah harta dan dimanja oleh buaian teknologi.

Untuk itulah, mahasiswa yang KKN biasanya mencanangkan beberapa program seperti rumah belajar, rumah pintar, pelatihan membaca, menulis, dan berhitung, serta kegiatan lainnya yang mendukung proses pembelajaran dan pemberantasan buta huruf di daerah tersebut. Sekilas terlihat simple, namun pada praktiknya sebenarnya cukup sulit juga dan susah untuk dijelaskan melalui kata-kata.

Jika kita ingin merubah kebiasaan masyarakat, khususnya para orang tua dan lansia, tentu sangat sulit sekali. Pertama dari segi daya tangkap mereka sudah berkurang, dan kedua bagi mereka pribadi terkadang apa yang kita lakukan dianggap sudah tidak terlalu berguna. “Untuk apa masih belajar membaca, menulis, dan berhitung sementara usia sudah tua renta?” Begitu pikir sebagian besar dari masyarakat tersebut.

Oleh karena itulah, penanaman kebiasaan membaca dari sejak dini menjadi hal prioritas yang penting untuk kita lakukan secara bersama. Dalam ranah ini beberapa pihak turut terlibat dalam menyukseskannya, diantaranya peranan orang tua di rumah, guru di sekolah, dan teman-teman di lingkungan bermainnya. Namun sebelum membahas kesana, marilah kita ulas sedikit tentang membaca.

Selayang Pandang Membaca.

Membaca, beradasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki beberapa arti. Yang pertama ia termasuk kata kerja (verb) yang berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankannya atau hanya di dalam hati). Membaca juga berarti mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Membaca artinya mengucapkan, mengetahui, meramalkan, memperhitungkan, dan memahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun