Mohon tunggu...
Christianus Hadi Winjaya
Christianus Hadi Winjaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengaduk kopi

Suka senyum-senyum sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Wujud Lain Impian

19 Juni 2021   09:43 Diperbarui: 3 Juli 2021   13:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dokumen Pribadi


Pernahkah terpikir, ke mana perginya impian yang dulu sangat diidamkan namun hingga kini tidak pernah terwujud?

Kebanyakan orang tua sering kali memberi nasihat kepada anaknya agar si anak setidaknya memiliki sebuah impian. Sebuah impian yang kelak akan menuntunnya kepada hidup yang lebih baik di masa yang akan datang, begitu harapnya. Impian memiliki kekuatan untuk mengarahkan seseorang ke mana hendaknya dia melangkah. Impian menjadikan kita sebagai seseorang yang memiliki tujuan hidup.

Tujuan hidup menjadikan seseorang semakin berani untuk mengambil tindakan demi meraih pencapaian, dan pencapaian akan melahirkan sebuah anak yang bernama kebanggan.
Tentu saja ada pengorbanan-pengorbanan yang harus dipertaruhkan dalam tindakan guna mencapai tujuan hidup.

Kebanyakan orang selalu tidak benar-benar siap dengan hal ini, mereka hanya berusaha untuk siap.
Seorang pelajar yang harus mengorbankan waktu masa mudanya untuk belajar demi masuk perguruan tinggi yang diidamkan. Seorang karyawan yang harus mengorbankan sisa tenaga dan rela mengambil jam kerja lebih demi rumah impian. Bahkan suatu pengorbanan juga dipertaruhkan demi mendapat cinta. Selalu ada pengorbanan yang dipertaruhkan.

Namun, bagaimana jika tindakan itu membuat seorang gagal mencapai tujuan? Semua yang dikorbankan telah menjadi pertaruhan yang kosong. Kegagalanlah yang lahir dengan membawa sebuah ketakutan. Takut untuk kembali melangkah. Takut untuk kembali bermimpi. Hingga perlahan impian itu pun pergi.

Lantas, ke mana perginya impian yang dulu sangat diidamkan namun hingga kini tidak pernah terwujud?

Hal yang paling menyebalkan adalah, ketika dia pergi namun kembali sebagai jelmaan dari wujud lain. Ketakutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun