Strategi memiliki pengertian bagaimana menyiasati atau menentukan berbagai tindakan yang dianggap efektif dalam mencapai suatu tujuan secara gemilang. Berhasil tidaknya suatu strategi yang dipilih akan sangat tergantung kepada kemampuan guru dalam mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Jika pekerjaan guru diawali dengan sekuat tenaga untuk memahami berbagai rambu-rambu yang telah digariskan, kemudian menerjemahkan ke dalam praktik secara konsisten maka hampir dapat dipastikan bahwa kerja guru tersebut akan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Organisasi kegiatan untuk pengembangan kecerdasan emosi, secara umum relatif sama dengan kebutuhan untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran lainnya. Terutama jika organisasi kegiatan yang dimaksud ditujukan untuk peserta didik pada level yang sama. Apabila level karakteristiknya sama maka perkembangannya akan mendekati kesamaan juga.Agar para guru tidak tergelincir pada penyediaan lingkungan belajar yang kurang sesuai atau bahkan keliru maka khusus pada bidang pengembangan kecerdasan emosi diberikan sejumlah pedoman yang selayaknya diperhatikan, yakni sebagai berikut :
- Kegiatan diorganisasikan berdasarkan kebutuhan, minat, dan karakteristik perkembangan anak menjadi sasaran pengembangan kecerdasan emosi
- Kegiatan yang diorganisasikan bersifat holistic ( menyuluruh ). Kegiatan bukan hanya semata-mata ditunjukkan untuk memacu perkembangan kecerdasan emosional anak, tetapi juga harus memperhatikan dimensi kesehatan, keamanan, dan kenyamanan anak dalam beraktivitas
- Kegiatan diorganisasikan dengan tuntutan kondisivitas pengembangan kecerdasan emosi, diantaranya dikondisikan dalam suasana kekeluargaan ( friendship ), suasana yang penuh kasih sayang, suasana yang penuh kesejukan dan kedamaian, tetapi tetap dapat menempatkan setiap komponen secara bertanggungjawab atas setiap peran yang dipegangnya
- Kegiatan diorganisasikan pada suasana yang dapat memberikan kesempatna kepada anak untuk menyampaikan gagasan gagasannya, memberikan kesemptan pada anak untuk memberikan masukan dalam pengambilan keputusan
- Tugas guru diarahkan untuk membimbing dan memfasilitasi bukan untuk mengatur berbagai perilaku secara otoriter
- Peraturan kelas diorganisasikan secara jelas batas-batasanya sehingga tumbuh kesadaran untuk menaatinya secara utuh dan bertanggung jawab
- Pembimbingan dan kegiatan memfasilitasi dilakukan dengan penuh kasih sayang sehingga dapat mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat dan mampu bersoisalisasi dan berkomunikasi secara efektif.
- Organisasi kegiatan juga mmberikan kesempatan dan menganjurkan agar orang tua dapat berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam kegiatan sekolah
- Komunikasi dan hubungan yang dibangun harus menciptakan suasanan yang tidak menuntut penilaian, tetapi menarik, menggairahkan, dan menunjukkan penerimaan sehingga dapat memberi landasan memadai dalam pertumbuhan social emosional.
- Agar setiap anak dapat berkembang kecerdasan emosionalnya secara lebih matang, harus dilakukan sejumlah cara dan langkah terkait yang lebih khusus. Diantara tindakan yang dilanjutkan oleh tartusi ( 1997 ) dan oleh jamil ( 2002 ), terdapat beberapa hal yang harus dieprhatikan dalam pengembangan atau pembelajaran emosi pada anak prasekolah, diantaranya sebagai berikut :
- Menjadi contoh yang baik
- Untuk menjadi contoh bagaimana mengelola emosi yang baik, guru harus menguasai bidang yang sedang diajarkan. Asahlah kecerdasan emosi guru secara terus menerus memlalui berbagai pengalaman shari-hari
- Mangajarkan pengenalan emosi
- Kemampuan memahami perasaan sendiri membuat orang memiliki kepekaan tinggal dalam pengambilan keputusan, juga dalam berbagai hal lain. Untuk mengajarkan hal itu, perhatian dan kepekaan terhadap anak merupakan syarat utama. Contoh jika anak biasanya menyukai mobil-mobilan sebagai mainan favoritnya, kemudian tampak tak berniat pada mainan favoritnya, kita bisa mengatakan, " Lho, kok tumben, mainannya ditinggal sendirian disitu, kenapa ? Angga bosan ya ? atau jangan jangan angga lagi kesel nih..?" tanggapan seperti ini, akan membuat anak mengenali perasaan yang sedang dialaminya
- Menanggapi perasaan anak
- Apabila perasaan anak didengarkan dan ditanggapi secara pas, anak akan merasa bahwa dirinya merupakan sosok yang penting dimata orang tuanya. Apabila ditanggapi, diperhatikan, dan dipahami si anak akan merasa yakin bahwa ia diterima, dikehendaki, dan dianggap penting di lingkungannya. Jadi sebagai pendidik yang baik, kita harus tanggap terhadap perasaan anak, biarkan anak tahu bahwa kita memahami perasaannya
- Melatih pengendalian diri
- Para guru harus dapat melatihkannya pada anak, tentunya dengan cara-cara dan pengorganisasian yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
- Melatih pengelolaan emosi
- Kemarahan hendaknya jangan dikubur tanpa diberi saluran karna hasilnya adalah timbunan yang bisa meledak secara dahsyat. Namun, membiarkan setiap kemarahan langsung tersalur begitu saja juga tidak tepat. Memang mengelola emosi secara pas baik itu kemarahan atau kegembiraan sungguh tidaklah mudah. Tidak tercipta begitu saja, mesti melalui proses panjang dan intensif. Namun, sekali terkuasai maka kemampuan ini akan sungguh melicinkan jalan anak menuju masa depan
- Menerapkan disiplin dengan konsep empati
- Empati merupakan kemampuan pergaulan yang amat mendasar. Orang yang berempati akan lebih mampu menangkap sinyal social tersembunyi tentang kebutuhan dan keinginan orang lain
- Melatih keterampilan komunikasi
- Salah satu bagian dari kecerdasan emosi adalah kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan dibidang ini, seperti manyatakan gagasan, perasaan, dan konsep kepada orang lain, kemampuan bergaul dan menyesuaikan diri harus dilatih sejak dini
- Mengungkapkan emosi dengan kata-kata
- Luapan emosi yang tidak terungkap secara focus dan jelas bisa mengarah pada perilaku destruktif. Anak yang tidak bisa mengungkapkan bahwa dia sesungguhnya " merasa cemburu karena mainan adik atau temannya lebih bagus " bisa jadi akan bertindak agresif , dengan merusakkan mainan adik/temannya atau memukul orangnya
- Memperbanyak permainan dinamis
- Anak sekarang ini, lebih sering bermain secara statis melalui HP, Computer grafis, padahal permaianan statis ini bisa mengakibatkan anak lebih senang menyendiri, terisolasi dari lingkungan dan sulit bersosialisasi. Permainan sederhana dari masa lalu seperti lompat tali, bermain gundu dengan temannya, sesungguhnya lebih mencerdaskan emosi anak
- Memperdengarkan music indah dengan ritme teratur
- Penelitian mmbuktikan bahwa music sangat mempengaruhi perkembangan IQ dan EI seseorang. Seseorang yang sejak kecil terbiasa mendengarkan music akan lebih berkembang kecerdasan emosi dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik
- Marah, sedih, dan cemas, bukan hal tabu
- Mencerdaskan anak tak berarti pendidik harus selalu tampil sempurna. Sesekali berselisih dengan pasangan, merasa sedih dan kecewa atau merasa cemas didepan anak anak tidak menjadi soal sepanjang mereka juga melihat bagaimana cara kita menyelesaikan semua persoalan itu secara cerdas
- Menyelimuti dengan iklim positif
- Masih banyak cara atau tekhnik lain yang cocok bagi pengembangan kecerdasan emosi anak. Perlu di catat bahwa pengembangan kecerdasan emosi perlu disesuaikan dengan kemampuan pendidik, ketersediaan sarana, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Hal ini terpenting adalah lingkungan disekitar anak, dimana pun dia berada secara pedagogis maupun psikologis dapat diciptakan sesuai dengan keperluan pengembangan kecerdasan emosi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H