Di era digital saat ini, media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari khusunya dikalangan remaja. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook menyediakan akses tanpa batas ke beragam konten visual dan narasi yang merefleksikan standar kecantikan dan gaya hidup tertentu.Â
Namun, dampak media sosial terhadap persepsi tubuh, khususnya dalam konteks overweight, menjadi isu yang kompleks, mencakup aspek psikologis, sosial, hingga kesehatan fisik. Media sosial sering menampilkan gambaran tubuh ideal yang sulit dicapai. Foto yang dimodifikasi, penggunaan filter, serta narasi yang menggambarkan "tubuh sempurna" menciptakan tekanan besar bagi individu untuk memenuhi standar tersebut.Â
Bagi mereka yang mengalami overweight, hal ini dapat memperburuk persepsi diri, menurunkan rasa percaya diri, dan memicu perasaan tidak berharga. Penelitian menunjukkan bahwa paparan berulang terhadap konten semacam ini meningkatkan risiko gangguan makan, citra tubuh negatif, kecemasan, dan depresi. Proses ini menciptakan siklus negatif, di mana individu terus membandingkan diri dengan standar yang sering kali tidak mencerminkan realitas.
Selain itu, algoritma media sosial turut memperkuat pengaruh ini. Dengan menyajikan konten yang relevan berdasarkan kebiasaan pengguna, algoritma kerap mempromosikan materi tentang diet ekstrem, transformasi tubuh drastis, atau pola olahraga berlebihan.Â
Akibatnya, individu dengan overweight semakin rentan terhadap perbandingan sosial yang tidak sehat, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, pola makan, dan aktivitas fisik mereka.Â
Dalam beberapa kasus, ini bahkan memicu praktik-praktik berbahaya, seperti mencoba metode penurunan berat badan yang tidak aman atau menarik diri dari interaksi sosial untuk menghindari stigma. Namun, media sosial juga memiliki potensi untuk membawa dampak positif bila digunakan secara bijak. Banyak kreator, organisasi, dan kampanye yang mempromosikan keberagaman tubuh, penerimaan diri, dan pendekatan kesehatan holistik.Â
Konten semacam ini menciptakan ruang untuk mendukung individu agar merasa dihargai tanpa memandang bentuk tubuh atau berat badan mereka. Media sosial juga dapat berfungsi sebagai platform edukasi untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya kesehatan mental, pola makan seimbang, dan gaya hidup aktif tanpa tekanan memenuhi standar kecantikan tertentu.
Untuk mengurangi dampak negatif media sosial terhadap persepsi tubuh dan overweight, diperlukan upaya bersama antara pengguna, kreator konten, dan penyedia platform. Pengguna perlu meningkatkan literasi digital dengan menyaring konten yang mereka konsumsi dan berhenti mengikuti akun yang memicu rasa tidak aman.
 Sebaliknya, mereka dapat memilih untuk mengikuti akun yang mendukung keberagaman tubuh dan nilai-nilai positif.
Sementara itu, penyedia platform memiliki tanggung jawab menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dengan langkah-langkah seperti membatasi filter yang tidak realistis, memberi label pada konten yang dimodifikasi secara berlebihan, serta mempromosikan kampanye keberagaman tubuh.
Sebagai kesimpulan, media sosial memegang peran penting dalam membentuk persepsi tubuh, khususnya terkait overweight. Dengan pendekatan yang tepat, media sosial dapat menjadi alat untuk mendukung kesehatan mental dan fisik, bukan memperburuk tekanan sosial.Â