Satu per satu niat mulai pulih. Mengingat masih ada jalan yang harus berlanjut untuk ditapaki. Membereskan harapan yang sempat tercecer. Wahai diri, mari kembali segera bergegas lagi. Jangan berlama-lama terlena dengan hal yang belum pasti. Hadapi saja hari demi hari dengan lebih baik lagi.
Tak apa menapakinya tertatih-tatih, yang paling penting masih ada keinginan untuk bangkit kembali. Jangan merasa hanya seorang diri, masih banyak orang-orang yang menyayangi. Meski terkadang banyak di antara mereka yang tersembunyi. Namun, doa-doa mereka bisa jadi tak terpikirkan untuk berhenti.
Sementara waktu, kurangi membandingkan diri. Setiap orang berjalan pada tujuannya dengan ritmenya sendiri-sendiri. Bisa saja tampaknya sedang berjalan kaki, padahal berlari-lari. Tak perlu tengok kanan-kiri, untuk berusaha menandingi. Tenangkan diri, fokus dan mantapkan langkah kaki. Kalau ada yang berkata begitu-begini, anggap saja sebuah nyanyian penghibur dalam mengiringi meniti jalan ini. Lagi-lagi kurangi memikirkan apa yang ada di luar kendali diri.
Coba malam ini tengok lagi, sudahkah mensyukuri apa yang telah dianugerahkan pada diri dari Sang Ilahi? Sudahkah? Jangan-jangan setiap bersua dengan malam terlalu banyak memperhitungkan apa yang menjadi kekurangan. Selama masih diberikan kesempatan jangan disia-siakan, lakukan perbaikan diri. Bertahap, tapi jangan sampai berhenti. Tak lupa evaluasi.
Dari sini, selamat beristirahat ke peraduan yang nyaman. Semoga masih ada kuncup-kuncup harapan perbaikan yang akan mekar lagi. Selamat berjuang. Jadilah versi terbaik dari diri sendiri! Tabik.
2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H