Terbangun lebih lambat dari senja. Dengan segala benang rumit di kepala. Mau sampai kapan otakmu terjerat benang itu. Kemari sebentar. Nikmati teh melati ini. Barangkali bisa menguraikan apa yang ada di kepalamu. Kau bilang akan mengurainya bersamaku di penghujung malam. Nyatanya, begitu cepat untuk terlelap.
Duduklah di sampingku, indah bukan. Melihat anak-anak berlarian menuju rumah masing-masing bersiap menemui waktu maghrib. Mereka tampak lugu dan bahagia, seperti tak ada benang yang tergulung di dalam kepala.
Tampak juga Ibu mereka sedang menunggu. Ada yang membawa sapu bersiap menakuti anaknya, ada juga yang tak memegang apapun, tetapi suaranya begitu nyaring terdengar hingga rumah tetangganya meneriaki nama sang buah hati.
Minumlah. Aku membuatnya khusus untukmu. Kini, apakah benang-benang itu sudah terurai dengan baik?
2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H