Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jogja Kian Macet, Dampak Minimnya Transportasi Umum

1 Februari 2025   14:55 Diperbarui: 1 Februari 2025   15:16 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemacetan di Jogja (jogja.tribunnews.com)

Hampir 3 tahun aku pindah dan tinggal di Jogja. Adaptasi lingkungan dan cuaca ekstrim sudah bisa aku lalui. Cuaca yang panas menyengat mengharuskanku menutupi seluruh bagian tubuh jika sedang berkendara di jalanan kota Pelajar ini. Pengendara motor yang sering berkecepatan tinggi membuatku sedikit kesulitan jika hendak menyeberang jalan. Aku sendiri merupakan golongan pengendara roda dua pelan yang hanya berkecepatan rata-rata 30-40 km per jam. Memilih jalur paling kiri adalah pilihan terbaikku agar tetap aman dan terkendali.

Sebenarnya jika ada pilihan menggunakan transportasi umum, aku akan dengan senang hati memilih opsi itu. Namun sayangnya di Jogja hanya ada Trans Jogja yang rutenya tidak bisa menjangkau seluruh wilayah. Wilayah tempat tinggalku yang berada di pinggiran Jogja sudah pasti tidak dilalui Trans Jogja. Pilihan yang ada hanyalah menggunakan kendaraan pribadi, baik itu motor ataupun mobil.

Sangat disayangkan, kota seindah Jogja ini tidak didukung dengan transportasi umum yang memadai. Tentu hal ini berdampak pada kemacetan yang kian merajalela di jalanan, terutama titik-titik tertentu seperti area Tugu, Malioboro, dan beberapa lokasi lainnya. Hampir 95% jalanan di Jogja di dominasi oleh kendaraan pribadi. Bayangkan mobil sebesar itu hanya diisi 1 atau 2 orang saja. Belum lagi lokasi-lokasi sekolah saat jam keberangkatan dan kepulangan. Kemacetan panjang bisa menguasai sepanjang jalan tersebut.

Aku sendiri lebih nyaman jika berkendara roda dua, karena bisa menghindari macet dan menurutku hal itu jauh lebih praktis. Jika ada teman atau kolega yang sedang main atau bertugas di Jogja, yang biasanya ajakan bertemu akan mengarah ke area Malioboro, aku akan dengan sigap mendatanginya dengan berkendara roda dua. Tentu kemacetan yang merajalela bisa aku atasi dengan prediksi jarak tempuh yang tidak terlalu lama. 

Belum lagi ketika libur tiba. Hampir semua kendaraan roda empat menguasai ruas jalanan Kota Jogja, mulai dari arah Prambanan hingga Tugu, dan beberapa ruas jalan lainnya yang menuju ke pusat kota dan tempat-tempat wisata lainnya. Waktu pasti akan banyak kita habiskan di jalanan seperti kehidupan di kota-kota besar lainnya seperti Jakarta dan Surabaya.

Seperti kota besar lainnya misal Jakarta, solusi kemacetan setidaknya sudah bisa teratasi dengan menciptakan fasilitas kendaraan umum sebagai moda transportasi. Keberadaan Bus Trans Jakarta dan kereta-kereta cepat sudah dapat membantu mengatasi permasalahan kemacetan tersebut. Keberadaan transportasi-transportasi umum sudah mampu menjangkau hampir semua wilayah Jakarta dengan tarif yang sangat murah. Sangat membantu bagi masyarakat yang memiliki penghasilan UMR.

Memang saat ini sudah banyak beredar ojol (Ojek Online) yang pasti sudah bisa menjangkau seluruh wilayah yang ada di Jogja. Namun hal itu tentu berbeda dengan moda transportasi umum yang tarifnya jauh lebih murah. Menurutku ojol sama saja dengan kendaraan pribadi dengan tambahan sopir, tak ada bedanya dengan taxi yang dulu pernah lazim digunakan.

Di Jogja ada juga moda andong dan becak mesin/dayung, namun keberadaannya hanya ditemukan disekitaran malioboro saja, yang fungsinya hanya sebagai penunjang pariwisata. Kedua moda tersebut meskipun tergolong dalam transportasi umum tradisional namun saat ini menurutku tidak bisa lagi dikatakan sebagai moda transportasi umum. Target yang dituju adalah para wisatawan, tentu memiliki tarif di atas tarif pada umumnya. 

Kendaraan pribadi tetap menjadi pilihan pertama bagi pengguna jalan di Jogja. Bukan karena tidak mau dan tidak suka menggunakan transportasi umum, namun memang tidak ada pilihan lain. Angkot-angkot atau bus kota tidak lagi dijumpai di Jogja. Berharap ke depan pemerintah daerah dapat memikirkan alternatif-alternatif untuk solusi kemacetan di Jogja. Semoga kota yang kaya akan budaya ini bisa tetap arif dan bijaksana dalam menghadapi kemajuan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun