Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Metode Rubbing, Usaha Seorang Epigraf dalam Membaca Prasasti

2 Agustus 2021   07:59 Diperbarui: 2 Agustus 2021   08:16 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2014)

Metode rubbing bisa kita lakukan pada media berbahan batu dan logam. Dan syarat utamanya media tersebut harus memiliki bidang datar. Sehingga jika diterapkan pada artefak berbentuk tiga dimensi seperti arca akan sulit untuk dilakukan. Beberapa temuan seperti prasasti dan koin kuno yang kecenderungan memiliki bidang datar menjadi artefak utama yang bisa dirubbing.

Rubbing menjadi pilihan pertama dalam usaha mendokumentasikan temuan epigrafi karena bahannya yang mudah didapatkan dan sangat murah, yaitu hanya bermodal kertas HVS dan pensil 2B* (*lebih disarankan). Para epigraf tinggal meletakkan kertas tersebut di atas prasasti lalu menggosok-gosokkan pensil tersebut di atas kertas hingga terlihat gambar duplikatnya. 

Jika prasasti berdiri vertikal, maka bisa ditambahkan lakban/isolasi agar kertas tersebut tidak mudah terlepas atau bergeser. Gambar yang muncul pada hasil rubbing adalah bagian tulisan yang menonjol. Sedangkan bagian dalamnya tidak muncul atau berbeda ketebalannya dengan bagian luar.

Meskipun metode rubbing ini sangat mudah untuk dilakukan, namun sisi lain juga memiliki kelemahan. Bidang prasasti yang lebar membuat proses rubbing mengalami sedikit kendala. Dengan ukuran HVS yang tidak begitu besar membuat para epigraf harus banyak menempel kertas sambungan agar bisa menjadi bagian utuh. Terkecuali jika kita bisa menemukan kertas berukuran lebar namun tipis seperti kertas HVS. 

Karena prosesnya dilakukan dengan cara menggosokkan pensil di atas kertas, maka memerlukan waktu yang lama dan cenderung melelahkan. Apalagi prasasti yang akan kita rubbing berukuran besar. Namun hal ini bisa kita atasi jika dilakukan oleh banyak orang.

Metode rubbing, maupun metode lainnya dalam kajian Epigrafi sangat diperlukan untuk menunjang para epigraf dalam melakukan proses pembacaan. Dengan cara ini diharapkan para epigraf mampu membaca lebih cermat lagi sehingga hasilnya dapat dianalisis dan diinterpretasi dengan lebih baik. Pemaknaan terhadap sumber sejarah menjadi lebih baik, setidaknya itu yang menjadi harapan para epigraf. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun