Di akhir pekan pada umumnya banyak warga yang melakukan aktivitas di luar ruangan. Rencana-rencana mulai dibuat, baik hanya sekedar melepas lelah maupun rencana yang sudah dibuat matang jauh-jauh hari. Begitu juga dengan warga Medan, Sumatera Utara. Selain mal yang ada di dalam kota, tidak sedikit warga yang keluar kota menikmati pemandangan alam.
Arah ke Berastagi menjadi andalan warga disekitar Medan. Hal ini dikarenakan lingkungannya yang masih alami dan juga jarak tempuhnya yang tidak banyak memakan waktu, hanya sekitar 60 menit dari kota Medan, sehingga dalam waktu satu hari bisa ditempuh pulang pergi tanpa harus menginap. Tentunya kocek yang dikeluarkan juga tidak terlalu banyak.Â
Di kawasan wisata Berastagi ini terdapat tempat-tempat wisata yang sering dikunjungi warga Medan dan sekitarnya, misalnya Pemandian air panas Sidebuk-debuk, Bukit Kubu, Gundaling, Mickey Holiday, Pasar Berastagi, dan yang baru-baru ini sering dibicarakan adalah Puncak 2000 Siosar.
Puncak 2000 Siosar ini berjarak kurang lebih 60 menit dari Berastagi dan merupakan area pegunungan atau bukit untuk melihat pemandangan lembah disekitaran bukit tersebut. Terdapat spot-spot yang dibuat oleh pengelola cafe sehingga pengunjung bisa berfoto dengan latar pegunungan dan lembah bukit barisan. Hanya membayar per orang Rp. 5000,- rupiah pengunjung sudah bebas mendokumentasikan kenangannya bersama keluarga ataupun rekan kerja.Â
Tidak jauh dari puncak 2000 terdapat satu kawasan seperti perumahan berbentuk bulat-bulat. Awalnya rumah-rumah tersebut dibuat untuk menampung para korban pengungsian erupsi Gunung Sinabung. Telah ada sekitar 900 unit rumah dengan beberapa fasilitas pelengkapnya seperti mesjid, gereja, sekolah, maupun yang lainnya. Namun kini lokasi tersebut sudah disulap menjadi tempat wisata dan banyak spot-spot menarik untuk mendokumentasikan kenangan. Bahkan menurut informasi rumah-rumah tersebut disewakan dengan harga fantastis.
Namun demikian, karena mulai maraknya spot-spot wisata tersebut tentunya berdampak pada eksploitasi alam. Banyak pohon-pohon ditebang untuk dijadikan tempat wisata. Semoga ke depan pihak pengelola tidak kalap dan lupa akan kelestarian alam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H