Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seminar Alunan Musik Tradisional Membingkai Nusantara

27 September 2018   09:00 Diperbarui: 27 September 2018   09:21 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, 2018)

Berbicara tentang musik memang tak akan pernah ada habisnya. Dari dulu sampai sekarang, musik telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Menurut KBBI, musik diartikan sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Terkait dengan musik tersebut, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan seminar "Alunan Musik Tradisional Membingkai Nusantara" dalam rangka Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara yang dilaksanakan di Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara. Pameran alat musik tersebut dilakukan setiap tahun dengan cara bergilir tempat/lokasi. Dalam pameran tersebut diikuti oleh seluruh museum negeri di Indonesia termasuk juga Museum Nasional. 

Pada sesi seminar, terdapat dua pembicara yaitu Bapak Purwatjaraka dan Bapak Mauly Purba serta satu keynote speech yang disampaikan oleh Ibu Dedah R. Sri Handari Selaku Kepala Subdirektorat Permuseuman, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam keynote speech nya, Ibu Dedah memaparkan tentang perkembangan musik mulai dari masa prasejarah sampai sekarang. Pada masa lalu, umumnya musik digunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti misalnya upacara memanggil hujan, perayaan atau upacara panen, upacara pernikahan, dan upacara kematian. Beberapa tinggalan arkeologis, dapat dilihat dari adanya artefak Nekara dan Moko, relief-relief di Candi Borobudur dan Panataran, serta mulai masuknya pengaruh budaya asing seperti adanya gambus, biola, dan rebana. 

(Dok. Pribadi, 2018)
(Dok. Pribadi, 2018)
Pada acara inti, pembicara yang paling dinanti-nanti adalah Bapak Purwatjaraka. Pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok beliau terutama bagi para pencinta musik Indonesia. Beliau adalah musikus, komponis dan pencipta lagu. Beliau adalah kakak kandung dari artis senior Tri Utami. Bapak yang lahir di Beograd, Yugoslavia, 31 Maret 1960 ini karya-karya ciptaan lagu dan ilustrasinya sering menghiasi film-film dan sinetron Indonesia. Pada seminar ini, Bapak Purwatjaraka banyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan menggelitik seputar kajian musik Indonesia, seperti misal Apa ada satu alat musik atau satu jenis musik tradisional yang berhak mewakili Indonesia/Nusantara? atau pertanyaan lainnya, apakah musik modern tidak bisa mewakili Indonesia/Nusantara? pertanyaan sederhana namun memerlukan pemikiran dan pemahaman mendalam tentunya. Dalam paparannya, Bapak Purwatjaraka juga menjelaskan bahwa industri musik Indonesia lebih dominan dikuasai oleh musik pop modern. Padahal musik pop daerah pun hidup dengan baik di beberapa daerah yang mempunyai musikalitas rata-rata yang lebih kuat. Oleh sebab itu, bentuk-bentuk akulturasi seperti campursari, dangdut dan koplo dirasakan dapat menjembatani hal ini walaupun alat-alat yang dipakai tidak asli Indonesia juga.

Lalu pembicara yang kedua adalah Bapak Mauly Purba. Bagi para akademisi di Sumatera Utara yang berkecimpung di dunia sosial, budaya, dan sastra tentunya tidak asing lagi dengan sosok beliau. Bapak Mauly Purba adalah Dosen tetap di Universitas Sumatera Utara (USU), Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya. Sebagai seorang akademisi, beliau memaparkan kajiannya dengan ciri khas seorang Dosen/akademisi dengan judul makalah "Musik Tradisional Sumatera Utara: Harapan dan Tantangan". Beberapa istilah dijelaskannya seperti misal kata 'tradisi' dan 'sistem musik'. Terdapat permasalahan yang diungkapkannya, yaitu Bagaimana kondisi atau keberlanjutan musik tradisional suku-suku yang ada di Sumatera Utara dewasa ini? Adakah perkembangan yang signifikan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas Masihkah musik tradisi 'dekat' dengan masyarakat pemiliknya atau justru ada kecenderungan masyarakat mengabaikannya? Beberapa hal banyak dipaparkannya terkait musik tradisional di Sumatera Utara yang kian hari kian berkurang. 

Dari dua pembicara tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan perkembangan zaman yang kian pesat, musik tradisional makin tersisih. Beberapa alat musik modern yang lebih praktis dan simpel seperti keyboard menjadi idola masa kini. Dengan biaya yang tidak mahal, tidak perlu ada syarat-syarat khusus bila ingin menampilkannya menjadikan keyboard pilihan utama bagi para masyarakat yang ingin menampilkan musik-musik tradisional saat ada acara-acara tertentu. Berharap generasi muda peduli akan pentingnya warisan nenek moyang, dengan cara belajar dan mencintai warisan-warisan leluhur salah satunya dengan alat musik tradisional ini. 

Dok. Pribadi, 2018)
Dok. Pribadi, 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun