we share the moon, with a cup of coffee and cigarette. terjadi begitu saja, sepertinya mengalir begitu saja, tidak ada yang khusus hanya hal-hal acak seputar apa yang muncul dikepala kita, dan tentang aku, sebab kau hampir tidak pernah menceritakan apapun tentang dirimu. berbagi hal-hal lucu, tertawa seolah kita sudah saling mengenal begitu lama. dan aku menyesal karena aku sedikit tuli jadi kadang kau harus mengulang perkataanmu, ahh... aku belum bilang soal hal itu, ya... aku sedikit tuli. dan aku yang bicara cepat, dan kadang terdengar seperti bergumam, aku gak tahu gimana harus ngejelasinnya itu terjadi begitu saja. midnight coffee and a pack of cigarette, apa yang ada dibenakmu tentang aku? apakah kau berfikir aku perempuan putus asa? perempuan kesepian yang menunggu kekasihnya kembali? apa yang ada dibenakmu? apa yang kau pikirkan tentang aku? aku selalu cemas dengan apa yang orang pikirkan tentang aku, meskipun kemudian aku mengatakan pada diriku sendiri untuk membiarkan saja orang berfikir apa saja yang mereka mau tentang aku. yang terpenting aku jujur, dan smoga kau menghargai kejujuranku. black with three tea spoon of sugar, that how i like my coffee, dan aku menikmatinya dengan perlahan, menikmati setiap sensasi pahit yang saling berpadu dengan rasa manis, kemudian merasakan satu rasa asam khas kopi dimulutku, membiarkan aroma dan rasanya sejenak bertahan dimulutku, sebelum kemudian aku menyesap cairan pekat itu lagi dari cangkirku. kembali aku berpikir, menduga-duga apa yang kau pikirkan tentang aku? dan rokokku terbakar hingga setengah tanpa terisap, i lit it and just let it burn. pertemuan kita selalu terjadi ketika rembulan merangkak kepuncak malam, dan ketika kita terbawa oleh obrolan kita bisa berbicara hingga rembulan hampir condong. akh... senang rasanya punya teman ngobrol tanpa beban untuk menjadi atau terlihat sempurna. aku sesap kopiku, aku lupakan rokokku, dan mulai menyadari bahwa tanpa aku sengaja aku telah membangun kebiasaan menunggumu. tidak seharusnya begitu. aku harus pugar lagi kebiasaan yang tidak disengaja itu! aku tatap uap kopi yang mengepul dari cangkirku, aku acuhkan rokokku hingga habis terbakar tanpa terhisap. celaka! sepertinya aku mulai peduli dengan mu! damn! tidak seharusnya begitu! setiap bagian rasional dalam dirku mengutuk. dan pertanyaan baru muncul. apakah kau ingin aku peduli padamu? (stupid question!) sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi padaku, dan aku telah menyebutkan satu lagi rahasiahku, yang kembali membuatku berpikir tentang pendapatmu akan aku. seolah kau akan peduli dengan apapun tentang aku. haruskah aku menjelaskannya padamu? (another stupid question) kenapa aku begitu peduli dengan apa pendapatmu tentang aku? kenapa aku harus menjelaskan tentang hal itu, seolah aku berhutang penjelasan padamu, kenapa aku mesti begitu khawatir kau akan menilaiku dengan buruk? bahkan mungkin kau tidak peduli. terkutuklah perempuan ini! kenapa aku begitu peduli dengan apa pendapatmu tentang aku? aku sudah berdamai dengan rahasiah itu, dan aku tidak berhutang penjelasan apapun pada siapapun. aku sudah melewati sangat banyak cobaan dan sanggup bertahan, aku sudah belajar untuk tidak memperdulikan apa pendapat orang tentang aku. kenapa aku begitu peduli dengan pandanganmu tentang aku? argh... sudahlah... aku sesap kopiku, aku tengok jam di laptopku; 00.45 AM. midnight coffee and a pack of cigarette, sepertinya aku akan kembali menjadi 'hantu' seorang diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H