Sore ini tersentak membaca teks berjalan disebuah televisi swasta, Turki memblokir Twitter. Â Beberapa hari ini Turki memang dilanda demonstrasi yang tidak berkesudahan, dari berbagai isu dan pindah lagi ke isu yang lain. Para demonstran sedang memanfaatkan momentum untuk menjatuhkan pemerintahan. Dan itu sering dilakukan dengan menggunakan saluran media informal.
Blokir Twitter yang dilakukan oleh pemerintah Turki adalah kesalahan. Demokrasi adalah dimana setiap orang memiliki hak untuk berbicara, tentu saja berbicara yang benar. Tapi tidak bisa dihindari jika Twitter juga digunakan oleh beberapa kelompok melakukan agitasi dan manipulasi. Propaganda yang wajar didunia komunikasi yang terbuka dan masif.
Masyarakat Turki yang cukup modern, maju dan berbudaya tinggi tentu saja akan melakukan penyaringan informasi, tidak serta merta percaya terhadap agitasi, manipulasi dan propaganda. Masyarakat Turkilah yang lebih pantas menyaringnya tanpa harus campur tangan pemerintah.
Tapi di sisi lain, masyarakat Turki pun juga berhak mendapatkan informasi yang tidak mungkin ada disaluran media – media utama. Dan biasanya informasi – informasi diluar dari media utama tersebut bisa diperoleh dan didapatkan di saluran media sosial, salah satunya Twitter.
Melihat gelombang pesan dan komunikasi di Twitter yang begitu masif tidak seharusnya membuat pemerintah Turki seperti melihat hantu yang perlu diusir atau bahkan dibakar dengan kertas jimat.
Informasi sebaiknya dilawan dengan informasi. Dan biarkan masyarakat menjadi penilainya dan biarkan informasi ini teruji dengan segala kebijakan pemerintah Turki. Tapi ketika pemerintah Turki malah cenderung menutup diri, bersikap otoriter dan melakukan penutupan.
Ini menunjukkan pemerintah Turki sedang menutupi sesuatu. Masyarakat umum pun akan melihat upaya pemerintah Turki ini upaya dalam membungkam suara – suara kritis yang mengkritik jalannya pemerintahan Turki.
Transparansi dan keterbukaan akan melahirkan kepercayaan. Tapi apa yang dilakukan oleh pemerintahan Turki malah menimbulkan seribu tanda tanya dan bisa menghilangkan kepercayaan. Mengelola isu adalah bagaimana pemerintah mampu untuk menenangkan masyarakat dan mendapatkan kepercayaan, kejelian dalam memenangkan perang informasi dengan lawan – lawan politiknya.
Memblokir Twitter bukanlah cara yang cerdas, inovatif dan kreatif yang ditunjukkan oleh pemerintahan Turki. Bersembunyi dengan penjelasan ini dan itu akan membuat masyarakat semakin keras menuntut keterbukaan.
Memblokir Twitter adalah kesalahan, dan seharusnya pemerintah Turki membatalkannya kembali. Sore ini ruang tamu begitu ramai karena diskusi yang biasanya membicarakan politik di Indonesia tiba – tiba bergeser membicarakan Turki, dan dunia Timur Tengah lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H