9 Juli ini waktu yang tepat untuk menghukum om Jokowi, pemimpin yang ingkar janji dan suka berbohong. Menggunakan jabatan Gubernur Jakarta untuk batu loncatan ke Istana. Politikus yang ambisius dan tidak punya rasa hormat kepada pemilihnya yang menaruh harapan besar untuk Jakarta Baru yang lebih baik yang dijanjikannya. Politikus yang tidak punya etika, moral dan budaya bagaimana menghormati sebuah janji, ikrar yang diucapkannya dengan kitab suci Agamanya sebagai saksi pernyataan ucapannya.
Om Jokowi menunjukkan diri sebagai politikus yang oportunis dan pragmatis sejati. Memanipulasi reputasi dan elektabilitas untuk memaksa dirinya maju menjadi presiden, dan itu ditutupinya dengan sikapnya yang acuh, cuek dan tidak mau peduli, seolah-olah tidak berhasrat. Tapi sikap-sikap itu ternyata palsu. Om Jokowi sejatinya menginginkan kursi Presiden untuk memuaskan hasrat birahi politiknya.
Saatnya menghukum politikus tanpa etika, moral dan budaya politik ini. Menghukumnya untuk tunduk dan menyelesaikan semua janji-janjinya untuk Jakarta Baru. Menghukum om Jokowi berarti kita mengirim pesan kepada politikus-politikus yang punya watak dan kecenderungan sama, yaitu ingkar janji dan suka berbohong dan tidak gampang meninggalkan amanah begitu saja.
Om Jokowi tidak memiliki niat baik untuk kebaikan bangsa ini, ini bisa dilihat dengan mudahnya dan gampangnya Ia mengingkari semua janji-janji politiknya selama pilkada Jakarta. 9 Juli adalah saat yang tepat menghukum politikus tanpa etika dan budaya ini. Menghukumnya dan menyadarkannya kembali bahwa keinginan yang baik untuk bangsa harus juga dilakukan dengan cara yang baik, beretika, berbudaya dan beradab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H