Elit – elit politik PDIP selalu mengatakan bahwa rakyat menghendaki om Jokowi maju dipilpres 2014, berkali – kali mereka menyatakan ini juga dikesempatan berbeda, bahwa banyak rakyat didaerah yang menginginkan om Jokowi menjadi presiden.
Kata rakyat memiliki pengertian yang luas dan umum, kata rakyat tidak bisa begitu saja apalagi dipakai untuk member stempel terhadap sesuatu. Contoh sederhana adalah ketika para wakil rakyat di DPR mengatakan bahwa mereka ada wakil rakyat, kesalahannya adalah pada penggunaan kata, makanya dewasa ini kita sering mendengar bahwa para wakil rakyat hari ini menggunakan kata “konsituen” untuk menjelaskan identitas rakyat yang dia maksud.
Hari ini, dan lagi – lagi elit PDIP di tiap kesempatan telah membajak dan memanipulasi kata rakyat demi tujuan praktis dan strategisnya demi kemenangan politik belaka. Mereka selalu melakukan propaganda kata bahwa om Jokowi maju atas desakan dan keinginan rakyat. Pertanyaannya adalah rakyat yang mana? Kata rakyat tidak bisa ditempatkan pada kata ganti orang pertama lalu pengertian umumnya berubah menjadi khusus, seperti, saya adalah rakyat, rakyat mendukung om Jokowi?
Harusnya PDIP lebih tepat menggunakan bahwa atas dasar pertimbangan politik dan juga desakan konstituen kami dan juga beberapa elemen masyarakat (silahkan sebutkan namanya) meminta kami (PDIP) mencalonkan om Jokowi maju sebagai presiden.Kalau komunikasi ini yang dipakai, maka saya setuju, baik konteks mau pun kontennya.
Kesalahan bahasa ini mungkin tidak terlalu penting bagi yang tidak memahami konteks bahasa, tapi bagi Aiy apa yang dilakukan oleh elit – elit PDIP ini mencoba mengaburkan pengertian umum kata rakyat (identitas) demi kepentingan politiknya. Kata rakyat disini dipakai juga untuk mengaburkan persoalan Jokowi dalam Janji – janji politik. Sebuah cara yang tidak elegan.
Manipulasi kata rakyat ini tentu saja ddipakai oleh elit PDIP untuk keluar dari persoalan etika yang sedang menyoroti om Jokowi. PDIPberharap dengan membajak kata “rakyat” persoalan tentang “Janji” politik menjadi hilang dan tidak lagi relevan untuk dibahas.
Kembali ke konteks, PDIP cukup tepat untuk membajak kata – kata karena “desakan rakyat” “keinginan rakyat” dan “kemauan rakyat” untuk melegalkan om Jokowi tanpa harus dia memenuhi janjinya. Upaya elit – elit PDIP dan tante Mega untuk “menipu” dan mengaburkan persoalan.
Cara komunikasi oleh elit – elit PDIP ini cukup ampuh jika digunakan untuk mempengaruhi dan mengiring opini tentang om Jokowi, sasarannya memang masyarakat yang hanya melihat politik sebagai simbol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H