Mohon tunggu...
Christine Huangyi
Christine Huangyi Mohon Tunggu... -

Pingin Kuliah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Metro TV: Ide Penculikan Untuk Membuat Prabowo Happy!

30 Juni 2014   16:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:10 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By : Christine Huangyi

Metro TV sabtu sore kemarin kembali memutar isu tentang penculikan, seorang anak gadis muda dengan lantangnya meminta tanggung jawab terhadap penculikan Ayahnya, apakah Ayahnya saat ini masih hidup atau mati. Getaran suara menandakan marah, kecewa, bingung dan gelisah terdengar begitu pilu.

Irama kesedihan berkepanjangan yang dimainkan oleh pemilik TV untuk tujuan-tujuan yang tentu saja tidak pernah peduli terhadap semua kerinduan keluarga-keluarga yang sampai detik ini tidak jelas statusnya.

Mengapa Metro TV begitu kejam dan dingin, seolah tidak memiliki hati nurani dan kepekaan. Kasus Mei diulas bukan untuk mencari kebenaran dan menuntut keadilan, tapi untuk irama politik yang dimainkan tanpa simpati dan empati.

Inilah irama dan senandung politik untuk menyenangkan Om Jokowi dan untuk investasi politik jangka pendek, mungkin untuk jabatan menteri atau keuntungan bisnis lainnya, atau entahlah. Seorang yang berdarah dingin dan tega untuk melakukan apa saja demi politik.

Tentu saja orang-orang yang menyaksikan tayangan ini hanya bisa menarik nafas panjang, mengelengkan kepala dan berlalu, begitu rendahnya moral dan etika Metro TV dengan menggunakan kepedihan, kesedihan dan kerinduan keluarga-keluarga korban penculikan dan tragedi Mei 98.

Peristiwa ini telah terjadi bertahun-tahun. Telah berganti rezim dan politikus yang kini berteriak-teriak tentang HAM, penculikan dan Tragedi Mei 98 diam membisu. Didalam koalisi besar om Jokowi terdapat sosok Jenderal yang pasti mengetahui siapa penculik 13 aktifis yang masih hilang, dan jika mereka telah mati, tentu saja Jenderal-jenderal ini mengetahui. Kenapa tidak ditanyakan kepada mereka?

Ada om Jusuf Kalla yang pernah menjabat sebagai wakil presiden masa pemerintahan om Beye, apakah Ia bersuara saat itu? Tidak, Dia bungkam seribu bahasa. Masih lupakah ketika Ia maju dan berpasangan dengan om Wiranto? Siapa om Wiranto? Dia tertuduh dan PBB mengeluarkan surat penangkapan untuk kasus bumi hangus timor-timor. Mengapa Metro TV tidak datang kepadanya dan menanyakan aktifis yang masih hilang ditelan rimba? Mengapa tidak dilakukan?

Didalam koalisi besar ada juga pengacara yang konsen terhadap isu HAM, tapi lagi-lagi Ia bungkam, bungkam ketika aktifis HAM, Munir terbunuh dimasa rezim tante Megawati. Mengapa Munir dihabisi? Karena Ia sedang mengusut pelaku sesungguhnya penculikan Aktifis dan tragedi bumi hangus Mei 98? Tapi lagi-lagi isu Munir tidak menjadi penting bagi Metro TV, Tanya kenapa?

Lalu bagaimana dengan terbunuhnya ratusan jiwa atau mungkin ribuan di Talangsari, DOM Aceh, Tanjung Priok, Warsidi, dan Terbunuhnya tersangka teroris oleh Densus 88? 13 nyawa aktifis Mei 98 memang penting, tapi bagaimana dengan ratusan jiwa atau ribuan yang mati? Tidak pentingkah untuk diangkat dan diulas berulang-ulang. Mencari keadilankah Metro TV?

Melihat Metro TV memainkan isu penculikan dan tragedi Mei 98, Aiy rasa Metro TV hanya ingin “menyenangkan” hati om Prabowo semata. Media Televisi yang berdarah dingin dan kejam dan tidak akan pernah peduli dengan HAM dan isu kemanusiaan. Semuanya demi kepentingan politik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun