By : Christine Huangyi
Layaknya seorang “pembunuh”, Metro TV bisa digolongkan sebagai “pembunuh” berdarah dingin. Setelah tak mampu “membunuh” om Prabowo, kali ini “pisau” itu diarahkan ke om Hatta. Bukan tanpa alasan Metro TV mengarahkan “pisau”nya ke Hatta. Ini karena debat kemarin om Hatta sempat menyinggung persoalan Migas di jaman om Kalla, jika diibaratkan permainan catur. Om Kalla berada diposisi bertahan, terus menerus gagal jika melakukan serangan dan cenderung didikte oleh om Hatta.
Dan sayangnya hasil pertandingan om Hatta dan om Kalla disaksikan oleh rakyat banyak. Dan itu sangat merugikan koalisi “revolusi mental”, Om Kalla yang tidak mampu menjelaskan persoalan mafia Migas di panggung debat harus digantikan tugasnya oleh Metro TV. Tentu saja panggungnya berbeda, Metro TV seakan bebas berbicara tanpa sanggahan atau bantahan.
Dingin beku tanpa perasaan sama sekali, tanpa simpati dan tentu saja tanpa empati. Pion-pion yang memainkan peran antagonis berteriak-teriak tanpa malu bahwa om Hatta bertanggung jawab terhadap mafia Migas. Dengan wajahnya yang keras dan suara yang lantang juga gesture yang meyakinkan, peran ini cukup bagus dimainkan, setidaknya di panggung politik. Tentu saja rakyat yang menonton akan tersenyum simpul mungkin sambil buang angin, melihat orang-orang yang baru muncul dan berteriak-teriak tentang mafia Migas.
Sayatan demi sayatan “pisau” “pembunuh” berdarah dingin ini seolah hendak menguliti semua sisi bagian badan om Hatta. Tidak ada tusukan yang tajam dan mematikan, karena tujuannya memang tidak membunuh secara langsung, karena “pisau” ini memang hendak membuat om Hatta bermandikan darah segar, dan sang “pembunuh” berdarah dingin ini tersenyum sambil terus menari dengan “pisau”nya.
Tapi, apakah semua birahi dan hasrat politik sang “pembunuh” berdarah dingin ini sampai pada tujuannya. Tujuan politiknya? Tidak lain ingin “membunuh” karakter dan menurunkan elektabilitas pasangan om Hatta yaitu om Prabowo. Apakah memiliki dampak efek yang merusak? Menimbulkan efek domino terhadap tren no 1 ini?
Seperti orang yang menginap penyakit imsomnia dan mungkin memiliki kecenderungan gangguan jiwa, Metro TV selalu mengulang-ulang persoalan mafia Migas dalam bentuk dan cara yang berbeda-beda. Energi, biaya dan pusat pikirannya hanya kepada om Hatta dan bagaimana, dan apa pun caranya, tujuan-tujuan politik dari persoalan mafia Migas ini harus berhasil.
Setelah Metro TV gagal membuat om Prabowo happy dengan tema penculikan yang diulang-ulang bak sinetron opera sabun, kali ini sang “pembunuh” ingin menyenangkan hati om Hatta dengan mengulang-ulang persoalan Migas, dan tentu saja juga seperti telenovela.
Mungkin ada baiknya Metro TV nanti malam nanti tidur pulas dan melupakan sejenak persoalan politik, sepertinya keperibadian Metro TV mulai terganggu dan mengalami disorientasi. Aiy titip obat tidur ya, biar om Metro TV bisa tidur nyenyak dan bangun dengan pikiran yang sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H