Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekayaan dari Masa Lampau

3 Oktober 2022   17:19 Diperbarui: 3 Oktober 2022   17:20 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah kisah di majalah anak-anak Bobo edisi lama yang pernah saya baca. Cerita ini adalah tentang dua orang perempuan bertetangga.

Perempuan pertama memiliki sebuah rumah yang kumuh, dengan kehidupan rumah tangga dan perekonomian yang "menyedihkan". Penampilan fisiknya sendiri juga tidak rapi dan bersih. Sedangkan perempuan kedua sebaliknya: rumahnya bersih, rapi, dirinya, suami dan anaknya bahagia berkecukupan meskipun tetap sederhana. Tiap hari perempuan pertama selalu merasa iri dan penasaran mengapa tetangganya itu bisa begitu bahagia kehidupanya. Dia berusaha mencari tahu apa rahasianya, dan dia sangat ingin tahu.

Suatu hari akhirnya dia menemukan juga seseorang yang bisa memberitahukan dia apa rahasia si tetangga. Orang itu adalah seorang anak perempuan penjaja makanan. Tapi sebelum anak ini bersedia memberitahukan rahasia si tetangga, si anak meminta perempuan ini membeli semua kue dagangannya. Tanpa pikir 2x24 jam dia setuju dan membeli semua kue dagangan si anak yang masih tersisa.

Tahukah Anda, apa sesungguhnya rahasia mengapa si tetangga bisa memiliki rumah yang bersih, rapi, dan kehidupan yang bahagia lahir batin?

Bukan, bukan karena si tetangga dapat warisan dari orangtua atau mertuanya, bukan pula dia punya tuyul yang dipakai untuk mencari uang secara tidak halal, hehehehe....Tapi ternyata, si tetangga itu punya banyak pembantu yang membantu dia bekerja setiap hari mengelola rumah tangganya sehingga dia bisa memiliki rumah yang rapi dan bersih dan suami dan anaknya pun terurus dengan baik. Tapi si perempuan pertama heran, karena selama ini tak pernah sekali pun dia melihat batang hidung para pembantu yang disebutkan oleh si anak penjaja kue. Apakah para pembantu itu makhluk-makhluk halus? Tentu saja tidak! Kalau benar begitu, ini akan menjadi kisah horor yang tak layak terbit di sebuah majalah anak-anak, hehehe...

Jadi, siapa sih para pembantu yang hebat-hebat itu sampai seperti tak terlihat orangnya tapi hasil kerjanya amat menyolok? Anda penasaran? Saya juga, makanya ketika membaca kisah itu saya terus membaca sampai akhir. Dan jawabannya sungguh tak terduga, membuat saya manggut-manggut sekaligus merenung: para pembantu itu adalah semua anggota badan kita yang bisa kita gunakan untuk bekerja. Mereka adalah kedua tangan dan kaki kita, dan jari jemari kita. mereka adalah badan kita yang sehat yang memungkinkan kita bekerja keras untuk memperoleh hidup layak.

Si perempuan pertama sebenarnya juga mempunyai para pembantu seperti tetangganya itu. Hanya saja, dia tak pernah menyadarinya dan memanfaatkan para pembantu itu. Dia lebih suka duduk-duduk saja, membiarkan rumahnya kotor dan berantakan, anak-anaknya tak terurus, dan suaminya jadi tak betah di rumah. Sebagai akibatnya kehidupannya pun tak bahagia, dan rejeki ogah mampir. Karena, bahkan manusia sendiri tak betah mampir di rumah yang kotor, apalagi dewa rejeki yang standar tuntutannya pasti lebih tinggi lagi, ya kan?

Kita Buddhis diajarkan tentang hukum karma dan kelahiran ulang. Apa yang kita peroleh dalam kehidupan ini sebagian adalah karena apa yang telah kita tanam dalam kehidupan lampau yang dekat maupun jauh. Seperti misalnya tubuh dan batin ini. Dari perspektif hukum karma dan kelahiran ulang, tubuh dan batin "sempurna" yang kita miliki kini adalah harta kekayaan yang kita warisi dari benih-benih yang telah kita tanam di kehidupan lampau. Dengan kata lain, kita memiliki harta kekayaan dari masa lampau berupa tubuh dan batin yang "sempurna" dalam kehidupan ini karena kita telah cukup banyak melakukan kebajikan dan mengembangkan kebijaksanaan dalam kehidupan lampau kita.

Seperti halnya kekayaan materi, harta kekayaan berupa tubuh dan batin ini pun juga bisa disia-siakan bahkan disalahgunakan. Sebagian orang sadar dan menggunakan harta kekayaan ini sebagai kendaraan untuk mencapai kehidupan yang lebih mulia. Mereka giat dan tekun dalam mengembangkan kebajikan dan kebijaksanaan melalui setiap pikiran, ucapan dan tindakan. Sebagian lagi terlena, mabuk, menyia-nyiakan harta kekayaan yang mereka warisi dari kehidupan lampau. Mereka menyiksa dan meracuni tubuh dan batin dengan mengkonsumsikan zat-zat adiktif. Mereka menyalahgunakan tubuh dan batin untuk melakukan perbuatan-perbuatan kriminal yang hanya merugikan diri mereka dan membawa kesengsaraan bagi makhluk lainnya.   

Chuang 031011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun