Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sayangi Diri demi Sayangi Mereka

31 Juli 2022   18:39 Diperbarui: 31 Juli 2022   18:50 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada salah satu episode dari acara bincang-bincang Kick Andy yang tayang beberepa tahun lalu, di bagian segmen tertentu tampil seorang narasumber penyintas bunuh diri. 

Saya tak ingat persis apakah dia sudah pernah melakukan usaha bunuh diri namun selamat, atau sekadar sebatas baru punya keinginan kuat untuk bunuh diri akibat suatu tekanan kehidupan. Tetapi yang saya ingat hingga kini adalah pengakuannya ketika ditanyai oleh host acara tersebut apa yang menyebabkan dia akhirnya tobat dan tidak lagi berniat atau berusaha bunuh diri?

Dia menjawab kira-kira begini: Suatu ketika saya merenungkan tentang kehidupan saya. Saya boleh saja tidak peduli dengan diri saya sendiri, hancur lalu mati ya sudah. Tetapi dalam hidup saya, ada orang-orang yang peduli kepada saya, yang kalau saya hancurkan hidup maka mereka akan sedih dan kecewa. Saya mempertimbangkan hal itu sebagai pencegah usaha bunuh diri.

Kita tidak mungkin muncul begitu saja di dunia ini, dan kita juga mustahil hidup sendirian tanpa memerlukan jasa atau pertolongan orang atau makhluk lain. Dalam lingkup yang terkecil, ada Ayah dan Ibu serta saudara-saudari sebagai bagaian hidup kita. 

Dalam lingkup yang lebih luas, ada teman dan kerabat lain, lalu masyarakat satu nusa satu bangsa satu tanah air. Akan selalu ada orang-orang yang peduli pada kita, yang menjadikan kita tak mungkin mengklaim bahwa hidup kita ini adalah milik kita sendiri. 

Bagai jigsaw puzzle, setiap orang dalam hidup kita adalah satu potongan dari puzzle tersebut yang secara bersama-sama akhirnya membentuk gambaran besar yang kita sebut HIDUPKU.

Saat rasa kecewa dan putus asa menggelayuti hati, ingatlah kepada mereka, orang-orang yang peduli dan mengasihi kita. Ingat kepada Ayah dan Ibu pengasih yang jasanya tak terkira. 

Tegakah kita menghancurkan hidup kita yang telah mereka bantu susun dengan macam-macam pengorbanan? Atau kepada kawan-kawan yang setia menenami kita dalam suka-duka, kawan bersenda gurau sekaligus berserius-duarius dalam pekerjaan? Atau jika hal-hal demikian tak juga mampu meluluhkan hati yang keras oleh kekecewaan, coba ingat si gukguk atau si meong yang cintanya tanpa syarat kepada kita.

Sebenarnya, dan ini kata-kata yang klise, semua rasa kecewa atau putus asa adalah hal yang sangat manusiawi, wajar, normal sebagai makhluk hidup. Karena hanya orang-orang mati yang tak pernah lagi mengalami rasa kecewa atau putus asa. Tetapi yang menjadikan rasa kecewa atau putus asa itu demikian tak tertanggungkan, adalah karena kita keliru dalam menanggapinya. 

Kita condong membiarkan perasaan-perasaan tak bermanfaat itu terus menempel di hati kita, berkembang-biak melalui proses pikir-ruwet (overthinking) hingga menjadi terasa sangat berat dan sesak, sangat menekan dan menguras energi. Itu ibarat kita menjulurkan tangan untuk memegang sebuah gelas kecil berisi air, mengangkatnya dari meja dan mempertahankan posisi itu selama sejam atau bahkan dua jam.

Pada lima detik pertama tak akan terasa apa pun. Pada lima menit pertama tangan kita mulai kesemutan. Lalu pada menit ke-20 kesemutan makin hebat dan tangan kita mulai mati rasa. Dan bila kita ngotot terus bertahan, bisa-bisa pada menit ke-60 kita tak kuat lagi mengangkat gelas kecil itu hingga dia lepas dari tangan dan pecah membentur meja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun