Ada sebuah kisah menarik yang saya baca dari buku karya Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi),“The Master Tells Stories 2”.
Pada sebuah institut penelitian di Eropa, ada seorang peneiliti yang mengkhususkan diri untuk meneliti pola hidup semua jenis ayam. Suatu hari dia menemukan beberapa butir telur ayam hutan dan membawanya pulang ke laboratoriumnya. Di sana, kebetulan ada seekor induk ayam yang juga baru saja bertelur. Si peneliti menukar telur-telur dari induk ayam itu dengan telur-telur ayam hutan yang dia temukan.
Tatkala si induk ayam datang, awalnya dia merasa ragu-ragu dan mungkin curiga dengan telur-telur yang ada di sarangnya. Tetapi lalu dia pun dengan lembut mulai mengerami telur-telur itu sampai akhirnya mereka semua menetas.
Si induk ayam kemudian memimpin para anak ayam hutan itu pergi ke hutan dekat situ, mengais-ngais tanah dan ketika dia menemukan cacing, dia pun berkotek memanggil anak-anak ayam hutan itu untuk makan. Bagi si peneliti, ini sangat mengejutkan. Karena di institut itu setiap anak ayam akan diberikan makanan buatan. Si induk ayam, dengan intuisinya, tahu bahwa anak ayam hutan tidak terbiasa makan makanan buatan, jadi dia menuntun anak-anak ayam hutan itu dan mencarikan mereka makanan alami yang sesuai untuk mereka.
Pada kesempatan lain, si peneliti mengganti telur-telur si induk ayam dengan telur-telur bebek. Seperti pada kasus pertama, induk ayam itu dengan lembut menggerami telur-telur itu sampai menetas. Lantas, dia mengajak para anak bebek ke danau dekat situ supaya mereka bisa berenang dengan gembira.
Lihat! Makhluk bangsa unggas seperti ayam ternyata tidak sebodoh yang mungkin pernah kita sangka. Mereka juga punya kasih dan kepedulian. Mereka bahkan mampu mengasihi makhluk yang bukan dari jenisnya dengan baik.
Bagaimana dengan kita, manusia?
Sejarah mencatat, begitu banyak tragedi terjadi hanya karena kita terlalu sulit hidup berdampingan dengan manusia-manusia lain. Pembantaian etnis seperti yang terjadi di banyak tempat, di Sudan dan di Rwanda adalah sebagian contohnya. Kekejaman, peperangan, penghancuran, itu semua karya-karya manusia yang dikuasai oleh kebencian. Kita yang mendaku sebagai makhluk mulia ini, homo sapiens nan bijak, mesti menundukkan kepala dan lihatlah ke tanah, belajar kepada induk ayam, makhluk sederhana yang tahu bagaimana hidup berdampingan dan mengasihi yang bahkan bukan dari jenisnya sendiri.
241009
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H