Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... -

Tinggal dan tumbuh besar di Denpasar Bali Hobi membaca, menulis, berinternet, mendengarkan musik dan menonton film Memunyai pekerjaan sambilan sebagai penerjemah buku-buku Buddhisme, terutama terbitan Ehipassiko Foundation seperti Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (dulunya: Membuka Pintu Hati) karya Ajahn Brahm, Lingkaran Keindahan (PT Elex Media Komputindo) karya Master Cheng Yen dan lain-lain. Karya Tulis: Trio RaTaNa (Karaniya), Senyum, dong! Dunia Belum Kiamat lho, Berbuat Baik Itu Mudah (Ehipassiko Foundation)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membaca (Kembali) Bobo

5 Oktober 2010   13:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waktu tempo hari keponakanku mendapat warisan sekardus Majalah Bobo dari salah seorang adik sepupuku yg sudah beranjak ABG, aku pun jadi ikut-ikutan senang karena bisa kembali berjumpa dengan majalah yang menghiasi masa kecilku.

Aku masih ingat dulu, bagaimana sembari disuapi nasi soto oleh ibuku, aku membolak-balikkan majalah itu dengan penuh minat, sembari sesekali bertanya kepada ibu tentang kata-kata yang tak aku mengerti.

Kini diusia hampir tigapuluh, ketika kaki-kakiku sudah lama berbulu cukup lebat dan tak pantas lagi bercelana pendek (kecuali di rumah sendiri lho), aku kembali berjumpa dengan bagian terpenting dari kenangan masa kecilku. Rasanya sangat bahagia sekali berjumpa kembali dengan "Juwita dan Si Sirik" yang lucu, "Paman Kikuk, Husin, dan Asta" yang konyol, serta pelbagai macam kisah dongeng yang menarik. Dan tak ketinggalan kisah "Deni SI Manusia Ikan", yang sedemikian terkesannya aku pada kisah komik itu hingga mempercayai bahwa bahasa ikan yang dipakai oleh Deni juga bisa aku pakai untuk memanggil ikan (dan aku telah membuktikannya di pantai dekat rumahku: tak berhasil, hahahaha....)

Membaca kembali Bobo, membuat aku merasa kembali menjadi anak-anak, kembali menemukan keceriaan masa kecilku. Dan aku rasa, setiap orang dewasa perlu sesekali menampak tilas perjalanan waktu ke masa kecilnya, merasakan semangat kanak-kanak yang penuh imajinasi, petulangan, dan rasa ingin tahu, untuk tidak terjebak di dalam dunia yang sumpek dan melelahkan ini.

Chuang 230305

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun