Berkat atau berkah adalah karunia serta anugerah dari YME yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.
Menyoal berkat, tentu saja yang terlintas di pikiran kita adalah hidup yang berkelimpahan atau paling tidak berkecukupan, usaha kita berhasil, tubuh yang sehat, berhasil dalam pendidikan, dan semua hal menyenangkan, yang sesuai dengan keinginan dan harapan kita.
Acap kali kita sebagai manusia, ketika ada masalah yang menimpa, mungkin kegagalan dalam usaha, masalah keuangan dan ekonomi keluarga, pendidikan yang kurang berhasil, kehilangan seseorang yang kita cintai, atau mungkin ketika kita kehabisan akal dan cara untuk mencari uang, kita menganggap bahwa "Ah, Tuhan tidak memberkati saya. Saya rajin bersedekah dan berbuat baik, rajin beribadah, tapi mana berkata-Nya. Kenapa keuangan terus memburuk, kenapa Tuhan membiarkan dompet saya kosong, kenapa Tuhan membiarkan cicilan ini dan itu belum terbayar, kenapa Tuhan membiarkan usaha saya bangkrut" dan lain sebagainya.
Ya, memang benar. Tak bisa disangkal bahwa kita sebagai manusia sangat memerlukan uang untuk transaksi dan sebagai alat pembayaran yang sah demi berlangsungnya kehidupan sehari-hari. Tapi sadarkah kita, bahwa sebenarnya berkat itu tidak harus selalu tentang uang, uang dan uang?
Pernahkah kita berpikir bahwa, "Mengapa uang yang hanya secarik kertas ini dapat mengelabui pikiran kita mengenai berkat yang sebenarnya tidak hanya tentang uang saja?
Bagaimana jika kita bangun pagi dengan nafas yang terengah-engah? Bukankah seharusnya kita bersyukur masih bisa bangun pagi dalam keadaan sehat serta organ tubuh yang masih berfungsi dengan baik? Banyak orang di luar sana yang untuk bernafas pun sangat susah. Bernafas dengan tabung oksigen misalnya. Soal bernafas pun, ada orang-orang di luar sana yang harus mengeluarkan biaya yang tentu tidak sedikit. Bukankah kita masih jauh lebih beruntung dapat menikmati berkat kesahatan yang kita miliki saat ini?
Bagaimana jika kita bangun pagi dan hendak beraktifitas seharian tapi roti, susu, nasi dan lauk-pauk ternyata tidak ada? Bukankah seharusnya kita bersyukur masih bisa menikmati berkat makanan yang ada di rumah walau mungkin sederhana? Banyak orang di luar sana yang untuk sesuap nasi pun, mereka harus bekerja sekuat tenaga, meminta-minta di jalanan, bahkan mengorek sampah untuk mendapatkan makanan sisa. Bukankah kita masih jauh lebih beruntung dapat menikmati berkat makanan yang ada saat ini?
Bagaimana jika kita tidak bisa bersekolah? Bukankah seharusnya kita bersyukur masih menikmati berkat pendidikan yang kita tempuh saat ini? Banyak orang di luar sana yang ingin sekali menduduki bangku SMA, atau bangku kuliah, yang mungkin pendidikan SD mereka pun tidak tamat. Bukankah kita masih jauh lebih beruntung karena lebih banyak mendapatkan ilmu dan pengetahuan di bangku pendidikan, dibandingkan dengan orang-orang di luar yang tidak memiliki biaya pendidikan yang cukup?