"Aku benci hidupku..."
"Aku hanyalah sampah masyarakat..."
"Dunia akan lebih baik tanpa kehadiranku..."
"Tidak ada gunanya lagi aku hidup..."
"Lebih baik aku bunuh diri..."
Bunuh diri...
Yakinkah bahwa itu adalah satu-satunya jalan yang terbaik?
Dalam hidup ini, lebih banyak yang mirip pada sebuah maraton dibandingkan dengan lari cepat. Pernikahan umpamanya, merupakan sebuah maraton. Sekolah atau pendidikan merupakan sebuah maraton. Membangun karir merupakan sebuah maraton. Artinya membutuhkan waktu bukan sehari, dua hari atau berbulan-bulan, tapi bisa bertahun-tahun.
Persiapan orang yang lari maraton sangat berbeda dengan orang yang lari cepat jarak pendek. Demikian juga dengan cara mereka berlari untuk mencapai garis akhir. Kecuali cedera, dalam lari jarak pendek seorang atlet tidak berpikir untuk menyerah di tengah jalan atau merasa bosan. Bahkan mereka tidak sempat merasa lelah di tengah jalan. Mereka baru merasa lelah setelah mereka selesai berlari. Sedangkan mereka yang berlari maraton akan berhadapan dengan rasa bosan, ingin menyerah dan mereka mulai berpikir, “Berapa lama lagi ujungnya? Di mana selesainya?”
Kalau kita mempunyai sudut pandang yang keliru tentang kehidupan, maka kita akan keliru pula dalam mempersiapkan diri serta menyikapinya. Tidak heran banyak orang yang menyerah di tengah jalan, merasa lelah, bosan, muak, dan depresi. Bahkan ada juga yang memutuskan untuk bunuh diri.
Mungkin saat ini kamu sedang dilanda rasa putus asa atau ingin menyerah. Mungkin kamu juga merasa hidupmu lebih susah dan lebih menyedihkan karena membandingkan hidupmu yang nampaknya tidak seberuntung hidup orang lain.