Bedanya dengan Jepang mereka memiliki Liga lokal yang profesional dan mereka sudah lama melakukannya. Sementara di Indonesia, harus kita akui bahwa Liga kita itu "salah urus", model kompetisi yang berubah-ubah, belum lagi kerusuhan suporter, manajemen klub hingga gaji pemain yang masih kerap menjadi masalah di klub-klub.
Kembali ke laga melawan Jepang, mereka adalah lawan yang tangguh, mereka tim yang sudah punya kelas bahkan kelas utama, tim sekelas Jerman pun pernah dibantai di Piala Dunia dengan skor 2-1.
Sementara timnas kita harus diakui belum punya kelas mereka masih mencari kelasnya. Tapi percayalah jalan kesana sudah terintis, semoga tidak lagi dirusak oleh segala kepentingan di luar sepakbola yang selalu mendompleng di persepakbolaan nasional.
Dari laga melawan Jepang, meski kalah kelas, penampilan beberapa pemain kita cukup positif dalam beberapa hal, penjaga gawang Maarten Paez yang melakukan empat penyelamatan sepanjang permainan namun Jepang memang terlalu tangguh.
Rizky Ridho cukup apik di posisinya, memiliki kesadaran posisi yang baik dan perannya yang cukup besar dalam memenangkan kembali penguasaan bola di area-area penting.
Jay Idzes yang bekerja keras dan dengan heroik menahan gempuran Jepang, membuat delapan sapuan yang penting. Begitu juga Justin Hubner yang beberapa kali melakukan intersep dan menjadi sosok vital di lini belakang Indonesia, meski akhirnya melakukan gol bunuh diri.
Yang menjadi persoalan di timnas dan belum-belum terpecahkan sampai sejauh ini adalah lini depan yang belum memiliki pemain yang tajam, dan secara keseluruhan kemampuan mencetak gol dari pemain-pemain kita masih sangat kurang. Terus terang ini yang paling membuat gregetan, penyelesaian akhir yang ibaratnya lelaki terkena penyakit impoten akut.
Melihat gol kedua Jepang yang dicetak Takumi Minamino mantan pemain Liverpool yang kini berseragam Monaco, ini jelas membuat cemburu, betapa mudahnya Ia mencetak gol berkelas tersebut.
Sebuah proses gol seakan Minamino sudah tahu bola akan diarahkan kemana oleh Kaoru Mitoma, Ia hanya butuh berlari menyongsong bola dan melakukan tembakan first time keras yang sangat sulit diantisipasi oleh kiper siapapun.
Begitu juga dengan gol-gol dari Jepang berikutnya yang dicetak Hidemasa Morita dan Yukinari Sugawara, gol-gol yang tercipta dari kematangan pemain yang terasah dari pengalaman bermain di level tinggi.
Hidemasa Morita gelandang tengah yang bermain di Liga Portugal bersama Sporting CP sudah terasah dalam persaingan tingkat tinggi, baik itu di klub untuk menjadi pemain utama maupun melawan tim-tim kuat di kompetisi.