Alhamdulillah, kita masih dipertemukan lagi dengan bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah dan keutamaan yang dikaruniakan oleh Allah Subhanahu Wa Taala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Setelah rutinitas sebelas bulan yang mungkin saja membuat kita terjebak dalam urusan duniawi yang melenakan dan sesungguhnya adalah bersifat semu dan sementara.
Allah Subhanahu Wa Taala menyiapkan satu bulan bagi hamba-Nya untuk introspeksi diri, untuk menggembleng diri agar menjadi insan yang bertakwa.
Yang umumnya kita tahu adalah bahwa bulan Ramadhan itu identik dengan bulan puasa dan ini yang membedakannya dengan bulan-bulan lainnya.
Di bulan Ramadhan, ummat Islam diwajibkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan mengendalikan diri dari hawa nafsu mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.
Tetapi, sejatinya bulan Ramadhan memiliki makna yang jauh lebih luas dari sekedar menahan lapar dan haus, Ramadhan memiliki makna spiritual yang mendalam, di mana ummat Islam berusaha untuk memperkuat hubungannya dengan Allah Azza Wa Jalla serta mengorientasikan diri pada tujuan akhirat.
Seperti yang kita ketahui salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar, yang dianggap sebagai malam yang penuh berkah dan keutamaan, malam yang kemuliaannya melebihi seribu bulan.
Mendapatkan kemuliaan malam Laitul Qadar menjadi impian dari banyak kaum Muslim, dan memang sejatinya itulah sebaik-baik target Ramadhan kita. Betapa tidak, kemuliaan malam Lailatul Qadar ini lebih baik dari beribadah secara khusyuk selama seribu bulan.
Jika berbicara tentang kualitas ibadah secara khusyuk selama seribu bulan, tentu ukuran balasannya bukan lagi hitungan pahala, tetapi sudah tentang ketaatan dan kedekatan dengan Rabb.
Mungkinkah kita mendapatkan Laitul Qadar dengan kualitas ibadah, kualitas amaliah dan kualitas keimanan yang mungkin saja masih compang-camping? Tak ada yang mustahil jika Allah yang berkehendak.