MotoGP 2023 sepertinya telah menjadi ajang unjuk gigi Ducati. Yah, setelah melewati delapan dari 20 putaran (1 dibatalkan), para pebalap Ducati telah mendominasi podium di delapan putaran awal, pebalap Ducati dari tim pabrikan (Lenovo), dan juga tim satelitnya Money VR 46, Pramac maupun Gresini telah mengisi 18 tempat podium, dengan tujuh di antaranya adalah podium utama.
Sementara itu, tim pabrikan Jepang terlihat semakin melempem menghadapi kekuatan "mesin" Ducati. Honda dan Yamaha yang pernah superior di MotoGP dan masih diperkuat oleh pebalap handal pemegang gelar juara dunia Marc Marquez dan Fabio Quartararo dibuat keteteran, sedikit perlawanan atas dominasi Ducati justru datang dari tim Aprilia dan KTM. Aprilia dan KTM masing-masing mengisi 2 tempat podium dari 8 putaran yang telah berlangsung, sementara Honda dan Yamaha baru sekali podium.
Setelah sekian tahun (sejak 1975) dominasi di kelas utama dikuasai oleh pebalap-pebalap Honda, Yamaha dan Suzuki kecuali pada 2007 saat Casey Stoner dengan Ducati mematahkan dominasi konstruktor Jepang, serta MotoGP 2022 yang memunculkan Pecco Bagnaia sebagai Champion. Musim ini, Ducati telah menjelma menjadi kekuatan raksasa yang sulit diimbangi oleh tim manapun, tim pabrikan maupun satelit Ducati sama sulitnya untuk diasapi oleh tim lainnya.
Berbeda dengan musim 2007 dimana Casey Stoner dengan terobosannya yang mampu mengalahkan pebalap Honda (Dani Pedrosa) dan Yamaha (Valentino Rossi), tetapi selepas itu Yamaha dan Honda dengan cepat merespon dan membangun kembali dominasi mereka hingga tahun 2020 saat secara mengejutkan Suzuki (yang kini sudah hengkang dari MotoGP) dengan Joan Mir mampu menjadi juara dunia.
Kali ini sepertinya keperkasaan Ducati bersama Bagnaia musim lalu masih belum dapat terbendung. Ducati bukan saja memiliki motor terbaik dengan mesin Desmosedicinya, tetapi mereka juga memiliki pebalap-pebalap terbaik sekarang dan masa datang, baik itu di tim pabrikannya maupun di tim satelit. Dari delapan putaran yang telah digelar dominasi Ducati di grid maupun di podium terlihat begitu nyata.
Mengawali musim 2023 di MotoGP Portugal, Ducati langsung menunjukkan dominasinya dengan kemenangan Pecco Bagnaia, yang disusul oleh pebalap Pramac Ducati Johan Zarco dan podium tiga diisi Marc Marquez. Putaran kedua di Argentina tim satelit Ducati menguasai semua podium dengan Marco Bezzecchi memimpin, disusul Johan Zarco (Pramac) dan Alex Marquez (Gresini).
Harapan perlawanan sempat mencuat menyusul hasil gemilang yang diraih pebalap tim satelit Honda LCR, Alex Rins yang memenangkan race mengalahkan anak asuh Rossi dari tim Ducati VR 46 Luca Marini yang disusul oleh Fabio Quartararo dari Monster Yamaha. Begitu juga di putaran keempat perlawanan terhadap dominasi Ducati coba diberikan oleh dua pebalap KTM, Brad Binder dan Jack Miller, tetapi sayang keduanya hanya mampu membuntuti di belakang Bagnaia yang memenangkan race.
Namun, selepas putaran keempat dominasi Ducati begitu mencuat dan tampaknya akan mulus menghadapi 12 putaran yang akan datang. Secara keseluruhan Ducati memenangkan 7 balapan, Bagnaia sebagai pimpinan klasemen dengan empat kemenangannya, kemudian Marco Bezzecchi dengan 2 juara serta Jorge Martin dengan satu kemenangan di MotoGP Jerman. Satu kemenangan lainnya direbut Alex Rins.
Kekuatan dan kecepatan Ducati bukan saja ditunjang oleh kecepatan mesin Desmosedici, tetapi performa keseimbangan desain aerodinamis milik Ducati dengan desain dan pelengkap sayap radikal yang menjadi kunci kekuatan mereka dan desain ini pula yang diikuti oleh KTM dan Aprilia. Tidak seperti Yamaha dan Honda disaat mereka harus menghadapi kecepatan Desmosedici, mereka harus menghadapi berbagai insiden tabrakan maupun terjatuh yang membuat mereka semakin terpuruk.
Selain di sesi balapan, di sesi sprint race dan juga kualifikasi pole position Ducati juga mendominasi. Dimana Pecco memenangkan empat sprint race dan Jorge Martin dengan dua kemenangan sprint race, sementara itu dua kemenangan sprint race lainnya dimenangi oleh Brad Binder (KTM).