Secara matematis sangat masuk di akal kalkulasi biaya yang dibeberkan oleh pihak Kemenag. Tetapi, tentu masyarakat juga perlu kepastian dan transparansi hitungan biaya serta sumber biaya bipih.
Bagaimana skema detail Bipih 2023?. Keterangan yang lebih utuh perlu disampaikan kepada masyarakat. Dari beberapa argumen bahwa dalam bipih ini ada subsidi yang menguras APBN, betulkah demikian?.
Kalau sekiranya betul, berarti dana subsidi itu sudah ada dan tak ada alasan menaikkan biaya haji, karena secara riil biaya haji tahun ini dan tahun sebelumnya tidaklah naik signifikan hanya ada kenaikan sebesar Rp 500 ribuan.
Kalau toh tidak ada subsidi dari APBN, masyarakat tentu mengharapkan adanya transparansi. Terutama soal "nilai manfaat riil" yang berhak diperoleh jamaah dari masa ke masa, yang semestinya telah dikalkulasi dan dikelola secara prudent.
Harapan masyarakat, terkhusus calon jamaah haji yang akan berangkat di musim haji tahun ini, kenaikan sebesar 70 % ini sebaiknya tidak direalisasikan, entahlah untuk musim-musim haji berikutnya yang kenaikannya pun harus bertahap dan terjangkau hingga mencapai titik ekonomis bagi semua pihak. Proses antrian haji ini bukan ujug-ujug berangkat tetapi memakan waktu antri yang cukup lama.
Tak bisakah pihak penyelenggara dalam hal ini Kemenag menempuh upaya lain, misalnya dengan memperkuat lobby dengan pihak lain, semisal dengan maskapai penerbangan. Dari data yang ada biaya penerbangan haji musim dipatok Rp 33,9 juta, apakah ini realistis?.
Jika biaya penerbangan umroh yang merupakan harga hitungan perorangan berada dalam kisaran Rp 17-20 juta, bagaimana bisa ada angka Rp 33 jutaan?. Padahal kita akan memberangkatkan 220 ribuan jamaah haji, tentu disini ada banyak ruang lobby efisiensi biaya yang bisa ditawarkan.
Orang-orang tentu berharap pengelolaan haji bukan dalam pendekatan orientasi bisnis, akan tetapi orientasi pada pelayanan dan mengharap semata-mata ridho Allah SWT. Semoga keberkahan melayani tamu-tamu Allah dilimpahkan kepada semua yang ikhlas mengurusnya, kepada pemerintah dan juga bangsa dan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H