Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pernak-pernik World Cup 2022: Pemenang Sesungguhnya adalah Sepak Bola itu Sendiri

20 Desember 2022   23:10 Diperbarui: 20 Desember 2022   23:12 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: selebrasi juara timnas Argentina (foto:Reuters)

Dan semuanya terjawab dengan enam buah gol yang tercipta dalam pertarungan sengit, seru, dan mendebarkan dalam 120 menit dan berakhir melalui drama adu penalti. Dominasi Argentina di babak pertama hingga pertengahan babak kedua dengan keunggulan 2-0, dibuyarkan oleh comeback spektakuler Prancis di 20 menit tersisa waktu normal. Mbappe membuat pendukung Argentina terdiam, bahkan Angel Di Maria yang sempat menjadi bintang di lapangan sebelum ditarik keluar oleh Lionel Scaloni terlihat menangis dengan sedih. Drama yang menguji mentalitas pemain Argentina kembali terulang sama seperti saat di perempat final ketika bertemu Belanda.

Sepakbola saling serang, kreatif dan aksi-aksi brilian perpaduan antara kekuatan fisik, skill dan juga otak tersaji hingga detik-detik terakhir, gol berbalas gol, serangan berbalas serangan yang membuat penonton bersorak dan terdiam. Hingga nasib harus ditentukan melalui adu penalti.

Adu penalti bukanlah perkara untung-untungan, adu penalti adalah perkara kesiapan mental dan juga motivasi dari penendang dan juga penjaga gawang. Penalti itu 99% Gol, berhadapan 1 lawan 1, punya persiapan sebelum menendang, yang membatasi antara penendang dan penjaga gawang adalah mental dan motivasi. Dan itu dimiliki oleh skuad La Albiceleste.

Sebuah final yang betul-betul menghibur, menegangkan dan tak akan terlupakan. Hujan gol dan harus berakhir dengan adu penalti. Sangat jauh berbeda dengan final Argentina vs Jerman di tahun 1990 dan juga di 2014 yang berkesudahan 1-0, untuk Jerman lewat gol tunggal Andreas Brehme di Piala Dunia Italia 1990, padahal disitu ada Maradona. Begitu juga di Piala Dunia Brazil 2014, Jerman hanya menang 1-0 melalui gol Mario Goetze di menit 113 extratime, padahal saat itu Messi berada dalam usia puncaknya. Final Piala Dunia yang berlangsung hingga perpanjangan waktu selalu minim dengan gol, final 2010, Spanyol menang 1-0 atas Belanda lewat gol Andres Iniesta di menit 116, begitu juga di final 2006, Italia mengalahkan Prancis dalam adu penalti setelah bermain imbang 1-1 di waktu normal dan perpanjangan..

Laga final Argentina kontra Prancis adalah pertandingan dengan skor yang terbesar yang berakhir dengan adu penalti sepanjang sejarah piala dunia. Sebuah suguhan sepakbola menyerang yang aktraktif penuh drama, ada semangat, ada motivasi bahkan epos perjuangan.

Pentas telah usai, Argentina resmi mendapatkan bintang ketiganya setelah penantian 36 tahun dan melalui tiga final. Sang mega bintang Lionel Messi telah mencatat sejarahnya sebagai satu-satunya pemain yang meraih dua kali bola emas (pemain terbaik). Messi juga telah mencatatkan penampilan ke-26nya di pentas  Piala Dunia sehingga mematahkan rekor jumlah penampilan terbanyak yang dipegang oleh pemain timnas Jerman, Lothar Matthaeus (25).

Satu catatan yang memiriskan usai pentas sukses FIFA World Cup Qatar adalah perundungan berbau rasisme yang ditujukan kepada Kingsley Coman, Aurelien Tchouameni dan Kolo Muani, yang dianggap oleh beberapa pendukung Prancis sebagai biang kegagalan Prancis mengalahkan Argentina. Seperti yang kita ketahui, penalti Coman diblok oleh Martinez, sementara Tchouameni penaltinya melebar, dan Kolo Muani dikecam karena peluang emasnya untuk menceploskan bola di injury time digagalkan oleh aksi brilian Emi Martinez.

Sepakbola adalah permainan sportifitas, tidak ada tempat bagi perilaku rasisme, final FIFA World Cup 2022 telah usai, Argentina boleh berpesta dengan kemenangannya, tetapi kemenangan sesungguhnya adalah sepakbola itu sendiri sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh tuan rumah Qatar bahwa sepakbola itu milik semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun