Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Akrostik: Tragedi Kanjuruhan

3 Oktober 2022   20:53 Diperbarui: 3 Oktober 2022   20:56 5340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangisan di malam kelabu
Rembulan pun bermuram durja
Asap pekat telah menelan jiwa
Gemetar pada ruang kekalutan
Entah dimana jalan keluar
Di tempat bergema pekik amarah
Inilah wajah negeri yang mengentengkan nyawa

Kanjuruhan meratapi perih
Airmata diperas dari mata yang buta
Nafas dicabut dari kerongkongan yang tercekat
Jantung dipaksa berhenti oleh kaki-kaki kalap
Udara terlalu sesak untuk dihirup
Raungan dan rintihan ada dimana-mana
Umpatan dan makian lontar terlontar
Harga sekeping nyawa telah digadaikan
Akankah ada tanggungjawab dari kewajiban yang didustakan
Negeri ini berduka atas kemeriahan sepakbola yang telah menjadi malaikat maut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun