Tangisan di malam kelabu
Rembulan pun bermuram durja
Asap pekat telah menelan jiwa
Gemetar pada ruang kekalutan
Entah dimana jalan keluar
Di tempat bergema pekik amarah
Inilah wajah negeri yang mengentengkan nyawa
Kanjuruhan meratapi perih
Airmata diperas dari mata yang buta
Nafas dicabut dari kerongkongan yang tercekat
Jantung dipaksa berhenti oleh kaki-kaki kalap
Udara terlalu sesak untuk dihirup
Raungan dan rintihan ada dimana-mana
Umpatan dan makian lontar terlontar
Harga sekeping nyawa telah digadaikan
Akankah ada tanggungjawab dari kewajiban yang didustakan
Negeri ini berduka atas kemeriahan sepakbola yang telah menjadi malaikat maut
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!