Perjalanan Newcastle United untuk keluar dari ancaman terdegradasi akhirnya terjawab dengan keberhasilan mereka melakukan tranformasi dari tim tanpa harapan menjadi tim medioker.
Yah, setelah sempat terpuruk di dasar klasemen, The Magpies julukan dari tim Newcastle United ini perlahan mulai bangkit usai Mike Ashley sang pemilik sebelumnya pada 7 Oktober 2021 lalu menjual klub tersebut ke sebuah konsorsium baru dengan harga 305 juta Poundsterling, pengambil alihan ini membuat mereka menjadi klub sepak bola terkaya di dunia. Konsorsium tersebut terdiri dari Dana Investasi Publik Arab Saudi, RB Sports & Media dan PCP Capital Partners.
Tentu merupakan sebuah ironi, jika sebuah klub yang tercatat sebagai klub terkaya bukan saja di liga Inggris tetapi bahkan di dunia harus terdegradasi. Manajemen baru klub tentu berupaya agar Newcastle United tidak turun tahta sehingga harus berlaga di divisi satu.
Namun, dalam kondisi terpuruk seperti posisi The Magpies saat itu yang dalam 8 laga dibawah asuhan pelatih Steve Bruce tidak pernah meraih kemenangan dan hanya bisa mencatat tiga kali hasil imbang, untuk keluar dari situasi dan kondisi sulit seperti ini tentu tidaklah mudah.
Hal pertama yang harus dilakukan oleh pihak manajemen adalah mengganti Steve Bruce sebagai pelatih yang dianggap sudah tak mungkin lagi dapat meningkatkan performa tim. Sementara itu untuk penambahan dan penguatan skuad dengan mendatangkan pemain baru masih harus menunggu jendela transfer musim dingin dibuka.
Pencarian pelatih pengganti Steve Bruce tidaklah semudah membalik telapak tangan, meskipun Newcastle tercatat sebagai klub kaya raya. Bagi pelatih yang mempunyai kelas tentulah uang bukan segalanya, reputasi dan prestasi adalah hal yang harus mereka jaga, yang pertama hampir semua pelatih terbaik yang mungkin menjadi incaran manajemen Newcastle telah memiliki kontrak dengan klub masing-masing. Yang kedua para pelatih tentu tak akan mempertaruhkan reputasi mereka untuk melatih klub yang sedang terpuruk.
Dalam kondisi seperti ini, pilihan manajemen Newcastle begitu bijak, mereka tidak mengincar hal yang muluk-muluk. Bagi tim manajemen yang menjadi prioritas adalah bagaimana klub bisa tetap bertahan di premier league, langkah awal mereka adalah memberhentikan Steve Bruce sebagai pelatih dan menunjuk Greame Jones sebagai pelatih sementara yang bisa saja menjadi pelatih tetap jika bisa menunjukkan performa yang menjanjikan.
Namun, pihak manajemen klub masih belum puas terhadap kinerja Greame Jones yang dalam 4 laga bersama Newcastle juga tidak pernah menang dan hanya tiga kali bermain imbang. Dan secara mengejutkan perburuan pelatih Newcastle berakhir dengan munculnya nama Eddie Howe mantan pelatih Bournemouth dan Burnley.
Terpilihnya Eddie Howe sebagai pelatih mungkin oleh sebagian penggemar menimbulkan tanda tanya, akan tetapi reputasi dan prestasi Eddie Howe sebagai pelatih yang tercatat bisa mengangkat performa tim yang sedang dalam kondisi terpuruk menjadi jauh lebih baik, seperti ketika Eddie pertama menukangi Bournemouth yang terancam degradasi di kasta keempat liga Inggris (2008-2011), namun Eddie akhirnya bisa membawa Bournemouth selamat dari degradasi dan bahkan musim berikutnya Eddie Howe sukses membawa klubnya promosi ke league one (divisi 2).
Eddie Howe kemudian pindah ke Burnley selama dua musim dari kontrak tiga setengah tahunnya (2011-2012), hal yang sama dilakukan Eddie adalah menyelamatkan Burnley dari ancaman degradasi di divisi Championship (divisi 1), yang membawa Burnley finish di posisi 8 di musim pertamanya dan di posisi 13 di musim berikutnya.