Di ufuk timur cahaya asa membayangi langkah pengembaraan
Akan kutemui pagi dalam bayang bayang semburat jingga
Kutitipkan untaian puisi tentang semangat yang kuraih dari jiwa matahari
Aku akan bangkit, bersama penguasa hari di bawah langit
Akan kusisipkan semburat jingga matahari dalam hati terdalamku
Wahai rindu yang bernyanyi, kini darimu aku pergi
Telah kumengerti kesetiaan adalah sasaran dari pengkhianatan
Aku takkan menangis lagi pada kemalangan yang mendekam
Aku takkan lagi tertidur bersama keluh kesah
Takkan kubiarkan kemarin, menjadi mimpi burukku hari ini
Wahai rindu yang bernyanyi, aku takkan pernah kembali
Meninggalkanmu... bagiku, tiada kebaikan selainnya
Aku akan mengusir segala gulana yang bersembunyi di balik embun
Aku takkan lagi menangis, kehilangan malam yang diusir pagi
Takkan kubiarkan esok hari, menjadi buah kesalahanku hari ini
Selamat tinggal, oh engkau, kekasih masa laluku
Telah kaucampakkan kesetiaan yang kurajut sekian lama
Dialah mimpiku, hasrat yang kini terburai ditiup angin dari selatan
Akan kulupakan cita cintaku yang getir dan penuh gulana
Biarlah kenangan-kenangan yang indah itu terhapus oleh airmata
Wahai rindu yang bernyanyi, hasratku telah padam darimu
Segala tentangmu adalah duka abadi yang tergurat di kanvas langit
Kau hanyalah thagut dari kepalsuan yang pernah mengganggu hidupku
Kini tak tersisa satu apa pun darimu selain puing-puing penyesalan
Dari sisa-sisa nestapaku yang tergores di cakrawala jingga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H