Laga Boxing Day Liga Premier yang mempertemukan The Blues Manchester City kontra The Foxes Leicester City, berlangsung seru dan sangat dramatis.
Awalnya laga sepertinya akan berjalan sebagai ajang pembantaian, City of Manchester Stadium berubah menjadi killing field bagi Leicester City. Bayangkan, baru dua puluh lima menit laga berlangsung tuan rumah sudah memimpin 4-0 melalui gol-gol yang dicetak oleh Kevin de Bruyne (5'), penalti Riyad Mahrez (14'), Ilkay Gundogan (21') dan penalti Raheem Sterling (25').
The Blues memimpin 4-0 hingga babak pertama berakhir, ini mungkin merupakan hasil terbaik yang pernah ditorehkan skuad The Citizen di bawah Pep Guardiola.
City merajalela dalam serangan-serangan yang dibangun oleh Raheem Sterling, Riyad Mahrez dan Kevin De Bruyne yang membuat lini pertahanan pasukan Brendan Rogers yang malang kalang kabut dan porak-poranda di depan penonton Stadion Etihad yang bergemuruh. Gol dari De Bruyne dan Ilkay Gundogan serta penalti dari Mahrez dan Sterling membuat City terlihat sangat perkasa dan akan melumat The Foxes dengan tanpa ampun, namun hingga turun minum skor 4-0 tidak berubah.
Benar-benar tidak seorang pun, tidak terkecuali Leicester sendiri, yang bisa membayangkan apa yang terjadi kemudian usai jeda.
Drama yang membuat penonton di stadion hampir terdiam, 10 menit babak kedua berjalan keadaan mulai kacau bagi Manchester City, dalam 10 menit mereka kebobolan tiga kali, yang kesemuanya terjadi melalui serangan balik cepat, dan tampak benar-benar membuat anak asuh Pep Guardiola dan juga penonton terguncang.
Yang pertama, sebuah counter attack cepat yang dilakukan dengan baik dan diselesaikan oleh James Maddison, bermula dari kegagalan dari Aymeric Laporte melakukan intersep dengan slip yang tidak tepat waktu. Kegagalannya membuat Ruben Dias dan Joao Cancelo keteteran menghadapi serangan cepat Maddison yang bermain satu dua dengan Iheanacho, namun sepertinya gol itu tidak menjadikan hal yang serius bagi City.
Biasanya, City akan dengan cepat menekan dan melawan balik dengan menegaskan kembali kontrol mereka atas jalannya pertandingan. Namun mereka sepertinya lalai melakukan itu, hingga akhirnya mereka sempat dibuat ketar-ketir dengan kebangkitan The Foxes.
Gol kedua Leicester, kembali berawal dari upaya serangan balik yang hampir sama dengan proses terjadinya gol pertama Leicester, serangan balik kali ini diselesaikan dengan kerjasama apik Kelechi Iheanacho dengan Ademola Lookman, berawal dari kesalahan Zinchenko yang mencoba memaksakan umpan ke kaki Gundogan yang berada di bawah tekanan. Umpan itu berhasil dicegat dan tim tamu mengeksploitasi kurangnya kecepatan dan perlindungan defensif di tengah tim City, kembali Kelechi Iheanacho memberi assist yang kali ini ke Ademola Lookman yang menyelesaikannya dengan dingin.
Akhirnya Kelechi Iheanacho sendiri mencatatkan namanya di papan skor, gol ketiga Leicester ini berawal dari serangan balik dari sisi kanan gawang City, sebuah percobaan dengan tendangan keras dari Maddison gagal ditahan dengan baik oleh penjaga gawang Ederson, bola rebound dimanfaatkan dengan baik oleh Iheanacho, skor 4-3 membuat Pep Guardiola meradang.
Mimpi buruk City dalam 10 menit ini sepertinya terjadi akibat mereka kehilangan kendali di lini tengah. Trio lini tengah terbaik City yang biasanya diisi oleh Rodri, Gundogan dan Bernardo Silva. Namun kali ini Rodri harus absen dari skuad City pada Boxing Day musim ini, sehingga posisinya digantikan oleh kapten klub Fernandinho yang bergabung di lapangan tengah bersama Ilkay Gundogan dan Kevin de Bruyne.
Mungkin terlalu sederhana untuk menilai bahwa penampilan Fernandinho pada usia 36 tahun ini, dia tidak bisa lagi melakukan hal-hal seperti dulu. Fernandinho gagal menutup peran yang ditinggalkan Rodri yang bercirikan kemampuan umpannya dan kemampuannya untuk selalu menemukan jalan keluar dari tekanan, dimana kedua hal ini penting untuk gaya permainan frontal berisiko City.
Pada babak pertama kelemahan di lini tengah ini belum menjadi masalah, karena Oleksandr Zinchenko dan Joao Cancelo cukup aktif membantu lini tengah dengan masuk lebih ke depan ketika City menguasai bola untuk memberikan dukungan bagi Fernandinho. Ini menciptakan banyak peluang bagi City untuk menguasai lini tengah dan melewati pertahanan Leicester dan lolos dari tekanan mereka, namun setelah babak pertama, itu tidak terjadi.
Mungkin sedikit berlebihan mengaitkan ketidakhadiran Rodri sebagai faktor yang membuat City nyaris tersandung saat menghadapi Leicester, namun tidak bisa pula dipungkiri bahwa keseimbangan lini tengah The Blues jauh lebih stabil dan dinamis dengan kehadiran Rodri yang begitu kuat dalam mempertahankan penguasaan bola.
Beruntung bagi Guardiola, sebuah gol dari Aymeric Laporte yang berhasil menyundul sepak pojok yang dilepaskan Riyad Mahrez. Skor 5-3 ini membuat mental pemain City kembali bangkit.
Keputusan Guardiola memasukkan Phil Foden menggantikan Kevin de Bruyne sangat tepat untuk mempertahankan penguasaan lapangan tengah. Pada akhirnya pasukan Guardiola menang dengan skor 6-3, hasil yang membuat mereka unggul enam poin dari Liverpool di puncak klasemen Liga Premier, menyusul pertemuan antara Liverpool dengan Leeds United ditunda karena alasan badai Covid-19.
Terlepas dari hasil yang cukup mencolok 6-3, Guardiola kemungkinan akan belajar lebih banyak dari problem timnya di lini tengah. Ketidak hadiran Rodri nampaknya membuat lubang di lini tengah, perjalanan mempertahankan posisi teratas masih panjang dan penuh tantangan, Guardiola tentu perlu memiliki rencana aksi alternatif jika saja kehadiran gelandang Spanyol andalan Pep itu harus absen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H