Pada babak pertama kelemahan di lini tengah ini belum menjadi masalah, karena Oleksandr Zinchenko dan Joao Cancelo cukup aktif membantu lini tengah dengan masuk lebih ke depan ketika City menguasai bola untuk memberikan dukungan bagi Fernandinho. Ini menciptakan banyak peluang bagi City untuk menguasai lini tengah dan melewati pertahanan Leicester dan lolos dari tekanan mereka, namun setelah babak pertama, itu tidak terjadi.
Mungkin sedikit berlebihan mengaitkan ketidakhadiran Rodri sebagai faktor yang membuat City nyaris tersandung saat menghadapi Leicester, namun tidak bisa pula dipungkiri bahwa keseimbangan lini tengah The Blues jauh lebih stabil dan dinamis dengan kehadiran Rodri yang begitu kuat dalam mempertahankan penguasaan bola.
Beruntung bagi Guardiola, sebuah gol dari Aymeric Laporte yang berhasil menyundul sepak pojok yang dilepaskan Riyad Mahrez. Skor 5-3 ini membuat mental pemain City kembali bangkit.
Keputusan Guardiola memasukkan Phil Foden menggantikan Kevin de Bruyne sangat tepat untuk mempertahankan penguasaan lapangan tengah. Pada akhirnya pasukan Guardiola menang dengan skor 6-3, hasil yang membuat mereka unggul enam poin dari Liverpool di puncak klasemen Liga Premier, menyusul pertemuan antara Liverpool dengan Leeds United ditunda karena alasan badai Covid-19.
Terlepas dari hasil yang cukup mencolok 6-3, Guardiola kemungkinan akan belajar lebih banyak dari problem timnya di lini tengah. Ketidak hadiran Rodri nampaknya membuat lubang di lini tengah, perjalanan mempertahankan posisi teratas masih panjang dan penuh tantangan, Guardiola tentu perlu memiliki rencana aksi alternatif jika saja kehadiran gelandang Spanyol andalan Pep itu harus absen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H