Yang  mereka tahu laut itu biru, tempat ikan-ikan tinggal dan bermain di antara terumbu karang, deburnya yang menyapa pantai memanggil hasrat untuk menyatu dengannya.
Yang  mereka tahu laut itu hidup, tempat nelayan pergi dan mencari kehidupan di antara deburan ombak, teduhnya yang diam menyimpan harapan masa depan anak-anaknya.
Namun hari ini yang  mereka lihat laut tak lagi berwarna biru, sepanjang mata yang terpandang hanya merah dari limbah yang telah ditumpahkan oleh keserakahan.
Ikan-ikan bukan pergi tapi telah mati bersama karang yang telah hidup beratus tahun, namun mati hanya dalam sekejap oleh serakah yang tak berperasaan.
Perahu-perahu nelayan tak lagi berlayar, hanya tergolek dimainkan ombak di pantai yang telah kehilangan denyutnya, yang telah kehilangan hiruk-pikuk anak nelayan menyambut bapaknya pulang.
Dimana nuranimu wahai pencuri hidup rakyat kecil, sudah lama mereka teriak "jangan cemari lautku!!!". Namun telingamu sengaja kaubiarkan ditutup rupiah atau mungkin dolar.
Dimana nuranimu wahai perampok negeri sendiri, saat mereka bergerak menuntut adil, malah kauhadapkan dengan aparat dan letusan senjata serta ancaman pidana.
Siapa lagi yang harus berteriak, padahal tuhan pun sudah menurunkan peringatannya di depan mata, dengan banjir dan longsor, tapi hatimu kaubuat membatu karena segepok rupiah atau mungkin yuan...
Tuan-tuan dan puan-puan, mereka teriak..., mereka menuntut..., bukan minta merdeka tapi mereka hanya minta pedulilah pada negerimu, pedulilah pada rakyatmu dan pedulilah pada alam tempat kita tinggal.
Catatan:Â