Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

You Are the Best, Aku Butuh Omelanmu

22 Desember 2020   21:34 Diperbarui: 22 Desember 2020   21:41 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. infospesial.net

Ketika wanita-wanita lain sibuk bekerja di kantor-kantor mentereng, mereka wangi dibalut parfum mewah sekelas channel atau bvlgari, bersandang dengan busana bermerek  keluaran butik, ditambah kilau hiasan emas permata bertahta berlian. 

Ia wanita terbaikku berkantor di tempat cucian piring berpindah ke pasar lanjut ke dapur berkeliling di setiap sudut rumah sambil pula menggendong sang buah hatiku.

Parfum yang mewangi ditubuhnya gratisan dari tetes keringat, kadang berbaur dengan bau bawang atau sedikit bau wangi sabun cuci piring, bahkan kadang kalo punya duit atau aku habis gajian wanginya seperti amis ikan atau ayam potong, pakaian pun daster butut yang ia atau aku beli kodian kalo kebetulan lagi tugas ke "jawa" yang hanya ia permanis dengan tutupan jilbabnya, mana sempat berdandan dengan pakaian ribet, apalagi mau ke salon untuk sekedar meni pedi, perhiasan di badannya, ah hanya bekas minyak goreng panas yang memercik kulit putihnya, kalo toh ada perhiasan itu tersimpan jauh disebuah tempat yang bernama pegadaian.

Setiap hari tak pernah lepas aku mendengar ia mengomel karena anak-anaknya yang nakal, namun ketika mereka sedikit saja sakit kecemasannya melebihi menghadapi gunung meletus.

Setiap hari tak pernah lepas aku mendengar omelannya karena rumah yang selalu berantakan dan kotor oleh ulah anak-anak dan juga ulahku, namun setiap hari itu pula semuanya pasti akan kembali tertata rapi dan bersih.

Setiap hari tak pernah lepas aku mendengar omelannya, karena banyaknya tumpukan cucian kotor pakaian anak-anak dan juga aku, serta pekerjaan rumah yang menumpuk,  namun setiap hari itu pula  semua pekerjaan melelahkan itu beres ia kerjakan.

Setiap hari tak pernah lepas aku melihat wajah lelahnya dan badan letihnya, namun selalu saja ada senyum bahagia dari wajahnya meski dari sebuah hal sepele yang aku dan anak-anak berikan untuknya.

Sementara itu aku tak pernah mendengar keluhannya atas penghasilan yang kuberikan padanya yang hanya bisa dicukup-cukupkan dan sangat amat jarang berlebih, dan ketika berlebih pun ia tak pernah lupa untuk berbagi.

Sementara itu aku tak pernah mendengar keluhannya karena begitu jarangnya aku memanjakannya dengan mengajaknya berbelanja kebutuhan untuk menghias dirinya sebagaimana kesukaan banyak wanita atau mengajaknya berlibur sebagaimana keluarga-keluarga lain sering lakukan, dan itu sejak kami mulai bersama aku masih belum juga mampu mengubahnya.

Sementara itu aku tak pernah lepas melihat rasa sayang dan cinta dari wajahnya atas anak-anaknya dan atas diriku dengan segala kekurangan yang aku hadirkan.

Sepertinya aku butuh omelannya agar segala kekurangan ini bisa menjadi baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun