Ketika kesendirian ini telah menjelma menjadi kutukan, yang selalu hadir bagai malaikat maut yang bengis, menggenggam belati yang berkilau mengirim jeri di ujung mata
Kesendirian ini telah mengubah ladang tempat cinta itu tumbuh, menjadi kuburan bagi harapan dan asa yang mati muda
Kesendirian ini telah membisukan sepatah kata yang dulu adalah nyanyian merdu yang mengalun di ujung malam, pagi, siang dan senja hari
Aku menunggu suara cintamu memanggilku, sebelum jiwaku terkulai dan perlahan sekarat lalu mati
Sesungguhnya telah aku ikhlaskan jiwa ini tetap tergenggam dalam tangan cintamu, hingga harus kembali kepada pemiliknya yang hakiki
Kemarin masih ada tawa di dunia ini, kekasih dan kebersamaan seindah pelangi yang membias di langit biru pancarkan keteduhan
Aku tak pernah siap menghadapi kesendirian ini, meski hanya semenit yang terambil dari sang waktu
Aku selalu ingin tenggelam dalam tatapan matamu dan mengakhirinya dengan kecupan manis di pucuk keningmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H