Hamparan tanah gembur itu telah menghijau
Yang disemai kini telah tertanam, menunggu masa untuk dituai
Lelah yang mengucurkan keringat coba dibasuh dengan lantunan doa
Berharap pada kemurahan penguasa langit dan bumi agar panen dapat melimpah
Namun harapan seketika pupus, banjir yang tak dinyana datang menghampiri
Merendam hamparan padi, melarutkan asa pada dinding kekecewaan
Entah siapa yang harus disalahkan
Langit kini telah menjadi asing tak mampu lagi untuk dibaca
Pak tani menunduk lesu, menangisi lelahnya yang berbuah kekecewaan
Sudah berulangkali kegagalan itu mewarnai perjuangannya
Saat ia berharap kering justru banjir yang datang
Saat ia berharap basah justru kekeringan yang melanda
Tak ada yang ambil peduli pada derita pak tani
Padahal ujung dari derita pak tani adalah derita kita juga
Setiap tetes keringat petani ada doa yang memohon tumbuhnya sebulir padi
Yang akan menjadi pengganjal perut kita dari kelaparan
Haruskah ini terus berulang dan berulang  ?  Â
Kendari 13/08/2020
Terinspirasi dari keluhan para petani sawah
Di Daerah Irigasi Labibia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H