Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duka Petani

13 Agustus 2020   12:27 Diperbarui: 13 Agustus 2020   12:36 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hamparan tanah gembur itu telah menghijau
Yang disemai kini telah tertanam, menunggu masa untuk dituai
Lelah yang mengucurkan keringat coba dibasuh dengan lantunan doa
Berharap pada kemurahan penguasa langit dan bumi agar panen dapat melimpah
Namun harapan seketika pupus, banjir yang tak dinyana datang menghampiri
Merendam hamparan padi, melarutkan asa pada dinding kekecewaan
Entah siapa yang harus disalahkan
Langit kini telah menjadi asing tak mampu lagi untuk dibaca
Pak tani menunduk lesu, menangisi lelahnya yang berbuah kekecewaan
Sudah berulangkali kegagalan itu mewarnai perjuangannya
Saat ia berharap kering justru banjir yang datang
Saat ia berharap basah justru kekeringan yang melanda
Tak ada yang ambil peduli pada derita pak tani
Padahal ujung dari derita pak tani adalah derita kita juga
Setiap tetes keringat petani ada doa yang memohon tumbuhnya sebulir padi
Yang akan menjadi pengganjal perut kita dari kelaparan
Haruskah ini terus berulang dan berulang  ?    

Kendari 13/08/2020

Terinspirasi dari keluhan para petani sawah

Di Daerah Irigasi Labibia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun