duhai langit tempat semesta berselimut
ajari aku rahasia yang tersimpan dalam birumu
aku telah pernah menjadi mata dari rembulan
aku pernah pula menjadi pelupuk matahari
namun yang kupahami hanyalah kekecewaan
aku terkapar di tajamnya ujung gunung karang
aku selalu salah menerka tempat perhentian
jiwaku tak pernah menyatu dengan ragaku
persimpangan yang kulewati selalu menuntunku kembali
tercebur ke rahim tempatku bermula meminum pahitnya air ketuban
degup dalam dadaku adalah berat yang membebani
membawaku tertinggal langkah di simpang siur labirin yang terkusut oleh nafsu
duhai engkau yang maha membolak-balikkan hati
jadikan aku penghulu pada tanahmu yang liar,
agar aku tak tersesat dalam serpihan batu-batu yang terserak bersama duri-duri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H