Dengan nafas memburu karena lelah, pemulung kecil bersandar
Terbelalak matanya memandang tumpukan sampah.
Kambing-kambing kurus lapar menggelepar
Di tumpukan sampah kantong plastik berwarna-warni.
Di ujung jalan terdengar suara rombongan kambing lain melenguh
Di atas atap nun jauh seekor gagak termangu dalam diam.
Jauh di balik selimut kalbu, dalam ruang jiwa hampa, yang kosong dan terabaikan
Mengalun simponi membujuk hati, mendayu mengiris resah
Duka dan cinta berpadu entah telah berapa lama dan mengapa
Aku merajut mimpi tanpa awal dan juga tiada akhir
Dunia telah jauh melangkah ke ujung masa, menuju akhir pelangi.
Kusibakkan tirai jendela hatiku, mengenang waktu-waktuku yang terlewat.
Dalam resah membakar ini, degup jantungku bergetar
Pemulung kecil yang bersandar, kambing kurus yang lapar serta gagak yang termangu
Semua adalah cerita hari ini dan kisah hari esok
Tiada lagikah lukisan indah yang membelai manja pada mata tua ini?
Untuk kupandang sambil membaringkan diri di sabana menghijau
Melemparkan kerikil di bening telaga
Hasrat yang bergema dalam semua keinginan, kini redup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H