Mohon tunggu...
Lyfe

Resensi Film "Wage"

25 November 2017   13:45 Diperbarui: 27 November 2017   21:00 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Film karya anak bangsa yang menceritakan kembali kisah nyata seorang legendaris bangsa Indonesia, Wage Rudolf Supratman. Tidaklah asing di telinga kita, pria pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya ini lahir di Trembelang, Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Maret 1903. W.R. Supratman adalah seorang komposer sekaligus jurnalis pada jaman penjajahan Belanda. 

Karya-karya yang beliau buat bukanlah sembarang lagu, melainkan lagu-lagu yang menyerukan suara rakyat kecil dan mengobarkan semangat kemerdekaan bangsa Indonesia.

Diceritakan sedari masa kecil Wage yang penuh penderitaan disiksa ayahnya sampai ia harus menerima kenyataan pahit, yaitu kematian ibu kandungnya. Namun belum berakhir penderitaan kelamnya kehidupan yang dideritanya itu. Walau ia diasuh oleh kakak kandungnya yang dinikahi oleh seorang bangsa Belanda.

Penderitaan tidak memberhentikan rasa ingin tahunya yang luas. Wage belajar bermain biola sedari usianya masih dini. Hingga saat dewasa, ia semakin mahir bermusik dan menjadi seorang musisi yang bekerja memainkan lagu-lagu jazz di kafe. Lagu pertama yang Wage ciptakan sendiri berjudul Dari Barat sampai ke Timur.

Dari Makassar, tempat kediaman sang kakak kandung Wage, ia pindah ke Bandung dan menjalani profesinya sebagai jurnalis. Perkerjaan ini ia jalani bertahun-tahun. Tak lama kemudian, Wage menulis sebuah buku karangannya sendiri yang berjudul 'Perawan Desa' yang berisikan rasa tidak senangnya terhadap perlakuan bangsa Belanda. Setelah Belanda mengetahui buku karangan Wage tersebut, mereka menyita serta melarang keras buku itu diedarkan.

Tentu tidaklah mudah hidup berjuang di bawah kekuasaan sang penjajah. Begitulah yang dirasakan oleh Wage dan semua pejuang bangsa kita. Walau sempat putus asa untuk menciptakan lagu, namun kehadiran sang gadis pujaan hatinya berperan mengembalikan semangat juangnya. 

Hingga terciptlah lagu kebangsaan Indonesia Raya lengkap memiliki tiga stanza yang mampu mengobarkan semangat bangsa. Di sisi sang penjajah, karya Wage adalah sebuah ancaman bagi mereka sehingga pimpinan Belanda melarang lagu Indonesia Raya diperdengarkan.

Waktu terus berlalu, para pahlawan bangsa yang kian semarak semangatnya memperjuangkan kemerdekaan yang dinanti-nantikan. Bukanlah hal sepele, seorang Moh. Yamin turut berperan dalam momen ini. Ia yang berhasil membujuk sang penjajah agar lagu ini dapat diperdengarkan. 

Begitu Akhirnya lagu Indonesia Raya berhasil diperdengarkan di sebuah Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928 untuk kali perdana yang langsung dimainkan oleh Wage dengan biolanya. Dan kemudian lagu Indonesia Raya resmi ditetapkan sebagai lagu kebangsaan.

Namun nahas, kisah perjuangan Wage berakhir pada tanggal 17 Agustus 1938. Walaupun seorang Wage Rudolf Supratman tidak dapat menyaksikan kemerdekaan bangsa ini, lagu ciptaannya berperan besar bagi bangsa kita Indonesia. Stanza pertama dari lagu Indonesia Raya ini dinyanyikan pada 17 Agustus 1945 sebagai proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, tanah air kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun