Sepertinya sudah cukup lama tak kugerakkan jari-jariku ini untuk merangkai kata bermakna cerita. Namun tak apa, kali ini kucoba kembali merangkai kata-kata sebuah cerita tentang monumen di sebuah kota kabupaten di Kalimantan Tengah, Pangkalanbun.
Bukan tanpa tujuan, hari itu kami bertolak dari Semarang ke Pangkalanbun untuk sebuah acara keluarga dengan menggunakan pesawat. Jenis pesawat adalah Boeing 737-300 dengan waktu tempuh 50 menit perjalanan udara. Selama penerbangan, aku mencoba beristirahat setelah sebelumnya menempuh perjalanan Jakarta - Semarang yang sangat melelahkan.
Akhirnya tibalah di Bandara Iskandar, sebuah bandara milik TNI AU di Pangkalanbun. Setelah clearance bagasi, dengan menggunakan kendaraan saudara ipar, menuju ke hotel. Di perjalanan ke hotel, aku melihat sebuah tugu dengan sebuah pesawat di atasnya bertuliskan Angkatan Udara RI dan di bagian ekor tertulis RI-002.
Monumen yang kutemui bernama Monumen Tugu Palagan Sambi, yaitu untuk mengenang peristiwa 17 Oktober 1947 penerjunan pertama AURI di bawah komandan Mayor Tjilik Riwut untuk tugas "Operasional Kalimantan" dengan misi utama:
1. Membawa alat pemancar radio lengkap, termasuk bahan bakar
2. Membangun pemancar induk komunikasi Kalimantan-Sumatera-Jawa
3. Menghimpun dan melakukan koordinasi terkait dengan perlawanan setempat
4. Mempersiapkan daerah penerjunan atau dropping zone di daerah Sepanbiha (namun menurut sejarah yang ditulis di situs TNI-AU, pasukan penerjun tidak pernah sampai ke lokasi ini).
Lokasi monumen ada di Desa Sambi, kelurahan Madurejo, kecamatan Arut Utara, berada di samping Tugu Pancasila di Kota Pangkalanbun. Monumen ini menopang sebuah pesawat jenis Dakota C-4 RI-002. Jumlah penerjun di misi "Operasional Kalimantan" adalah 13 orang. Nama-nama para penerjun atau Pasukan Payung, sebagaimana diukir di prasasti di plataran monumen:
1. Iskandar  berasal dari Sampit.
2. J. Bitak  berasal dari Kelapabaru
3. Dachlan berasal dari Sampit
4. C. Willems berasal dari Kuala Kapuas
5. Darius berasal dari Kasongan
6. Achmad Kosasih berasal dari Mangkahui Barito
7. Ali Akbar berasal dari Balikpapan
8. M. Amiruddin berasal dari Kahayan Hulu
9. Emanuel berasal dari Kahayan Hulu
10.Marawi berasal Rantau Pulut
11.Suyoto berasal dari Ponorogo
12.Harry Hadi Sumantri berasal dari Semarang
13.Bachri berasal dari Barabai
Halaman di sekeliling monumen terdapat pula prasasti dan relief yang menceritakan perjuangan para penerjun TNI AU ini di Desa Sambi dalam menjalankan misinya. Untuk masuk ke dalam lokasi monumen harus meminta ijin kepada Penjaga yang ada disana, dan setiap hari Sabtu malam, di area sekitar monumen digelar pasar malam rakyat. Monumen dibangun tahun 1998 dan diresmikan oleh Kepala Staff TNI-AU Marsekal Muda (TNI) Hanafie Asnan tanggal 18 Desember 1998.
Diceritakan pula dalam sejarah, ke-13 Pasukan Payung ini berhasil terjun dan mendarat dengan berbagai rintangan dan secara lengkap berkumpul untuk melaksanakan "Operasional Kalimantan". Selama menjalankan misinya, Pasukan Payung ini harus kalah akibat pengkhianatan oknum bangsa sendiri, mereka diserang oleh Belanda berdasarkan informasi mata-mata bangsa sendiri. Para Kusuma Bangsa yang gugur adalah Iskandar (Alm.), Achmad Kosasih (Alm.) dan Harry Hadi Sumantri (Alm.), sedangkan sisanya ditangkap oleh Belanda.
Aura kebanggaan sebagai bangsa Indonesia sangat terasa di monumen ini, sebuah pesawat tua sebagai saksi betapa heroiknya perjuangan Pasukan Payung waktu itu. Hal ini mesti kita warisi dan sebarkan, tanggal 17 Oktober dijadikan sebagai Hari PASKHASAU atau dulu dikenal dengan Komando Pasukan Gerak Tjepat (KOPASGAT). - (THC)
Sumber:
http://tni-au.mil.id/content/penerjunan-i berjudul Penerjunan Pertama Pasukan Payung RI di Kalimantan
http://sahabatkurakura.blogspot.com/2013/08/monumen-palagan-sambi.html
http://www.pariwisata.kotawaringinbaratkab.go.id/daftarsejarah/infosejarah1.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H