Mohon tunggu...
thCrysmawan_79
thCrysmawan_79 Mohon Tunggu... Bankir - financial practitioner & freelance writter

Praktisi: Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sodetan Vs ke-Bhinneka Tunggal Ika-an

26 Januari 2014   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13907098381223625837

Banjir kembali melanda Jakarta di awal tahun 2014. Curah hujan yang tinggi di daerah satelit dan Jakarta sendiri serta ketidakcukupan daerah resapan air menjadi penyebabnya. Air hujan ketika jatuh ke tanah akan terus meresap ke dalam tanah dan menjadi aliran permukaan (runoff) yang mengalir mencari daerah yang lebih rendah (siklus hidrologi). Kemudian seluruh aliran tersebut masuk ke sungai atau saluran air dan menuju ke laut (jika laut lebih tinggi dari sungai, digunakan alat bantu pompa). Banjir kiriman, istilah ini sangat dikenal di musim hujan di Jakarta, maksud sebenarnya adalah terjadi hujan di wilayah Bogor yang airnya akan mengalir dan berpotensi banjir di Jakarta (istilah banjir kiriman ini tidak pas). Bendung Katulampa sering menjadi sorotan jika terkait dengan banjir kiriman ini. Jika melihat fungsinya, Bendung Katulampa (bukan Bendungan) adalah untuk keperluan irigasi dan alat monitoring ketinggian air Sungai Ciliwung sebagai peringatan dini daerah hilir (Manggarai dan Depok)-tidak ada fungsi buka-tutup pintu air untuk pengendali banjir Kota Jakarta. Banjir Jakarta semakin tahun semakin parah dengan area yang semakin luas, demikian juga tahun ini. Kemudian muncul ide untuk membuat sodetan Ciliwung-Cisadane yaitu mengalirkan sebagian beban aliran Sungai Ciliwungke Sungai Cisadane untuk mengalir ke laut. Konsep ini ditolak warga Tangerang, spanduk dengan berbagai versi (dari yang paling halus sampai bernada kecaman) terpasang di jalan-jalan utama Kota Tangerang. Secara teknis sodetan adalah salah satu cara untuk mempercepat aliran ke laut dan bersifat sementara (Jan Sopaheluwakan- Peneliti Senior Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI). Jika ini bersifat sementara, berarti ada solusi yang bersifat permanen. Bhinneka Tunggal Ika, meski berbeda tetapi tetap satu, saya tiba-tiba teringat dengan semboyan ini. Berbeda dalam segalanya, suku, agama, ras, tinggi wilayah, dll namun tetap bersatu, bersatu dalam suka maupun duka, saling membantu, tolong menolong, kira-kira seperti itulah pemahamannya (maklumlah sebagai alumni Penataran P4 dan PMP). Tidak perlu panik, segala sesuatunya bisa dibicarakan, masyarakat diajak untuk berdiskusi. Jika ada undangan diskusi terkait suatu konsep, para elemen masyarakat wajib hadir (jangan abstein dengan alasan tidak setuju), ungkapkan setuju-tidaknya di forum resmi. Banjir di Jakarta tidak bisa tersolusi jika hanya diselesaikan oleh warga Jakarta, seluruh elemen massa di bangsa ini bisa turut mensolusi. Jangan hanya melulu menuding Pemerintah, karena setiap kita pasti bisa berbuat sesuatu. Bangsa ini sedang memerlukan pejuang-pejuang pembangunan yang ikhlas memikirkan bangsa ini dari semua level, ditengah carut marutnya porno aksi korupsi yang terjadi…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun