Mohon tunggu...
Rizky Novrianto
Rizky Novrianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tukang ngayal yang suka berangan-angan menerbitkan sebuah buku yang akan menggemparkan seisi langit dan bumi... (tuh khan, ngayal lagi....)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puasa Harus Penuh Perhitungan

25 Agustus 2011   08:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:29 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Anto sangat penuh perhitungan dalam kehidupannya, ia memilih Simpati dari Telkomsel karena  paling murah. Ketika membeli sesuatu, dia tak mau dikurangi bahkan hanya 100 gram. Dia hitung dengan cermat.

Namun kebiasaan itu tak pernah ia kaitkan dengan perbuatan amal ibadah. Bila datang Ramadhan. Ia berpuasa, namun lebih memilih tidur daripada mengaji. Lebih memilih sholat sendiri daripada berjamaah. Lebih memilih Tarawih di rumah daripada ke Masjid.

Hingga suatu hari ia menolong seorang Bapak yang hampir digigit oleh anjing liar di wilayah itu. "Hush...hush..!!!" hardiknya pada anjing tersebut. Bapak itu berterima kasih kepada Anto dan berkata, "Datanglah ke rumahku esok, ingin kubalas pertlonganmu."

Esoknya Anto hadir di rumah Bapak itu. Ternyata ia adalah orang yang sangat kaya. Rumahnya sangat megah. Ia tiba di rumah utama. "Selamat datang, terima kasih telah menyelamatkanku" sambut Bapak itu. Anto hanya senyum.

Bapak itu berkata, "Aku hendak berterima kasih padamu, dalam rumah ini ada 5 ruang. Kamu kuberikan waktu 5 menit, silahkan pilih benda apa yang ingin kamu ambil di sana."

"Sungguhkah??" tanyanya ragu.

"Benar, silahkan pilih yang kamu mau. Tapi ingat, hanya 5 menit" jawab sang Bapak.

Anto berlari, penyakit penuh perhitungannya kambuh. Di setiap ruangan, ia memilih yang termahal yang ada. Dia bergegas, karena hanya punya 5 menit saja.

Setelah selesai, dia memberikan daftar barang yang diinginkannya kepada Bapak tersebut.

"Kamu benar-benar cerdik dan penuh perhitungan" ucap orang tua tersebut. Anto hanya tersenyum saja. "Kamu benar-benar menerapkan prinsip ibadah puasa, yakni Penuh Perhitungan" lanjut sang Orang Tua.

"Maksud Bapak?" tanya Anto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun