Mohon tunggu...
Margaretta Christita
Margaretta Christita Mohon Tunggu... karyawan swasta -

just write and love it!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Danau Towuti, Berkaca di Air Pun Bisa!

9 Agustus 2013   08:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:29 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan tugas mengantar saya mengunjungi Danau Towuti  di Provinsi Sulawesi Selatan. Sebuah danau yang masih alami dengan luas mencapai 65.000 hektar ini berada di kabupaten Luwu Timur tepatnya di Kecamatan Towuti,  dapat ditempuh dengan kendaraan mobil dari Makassar selama lebih dari 12  jam. Foto 1 . Air jernih di danau Towuti Karena tugas dan pekerjaan dari instansi, saya dan tim tinggal di pondok kerja resort TWA  Danau Towuti, Matano dan Mahalona, BKSDA Sulawesi Selatan. Danau yang cantik ini  memiliki lima pulau menawan  di tengah danau yang luas yaitu Pulau Loeha, Pulau Bolong, dan Pulau Kembar. Setelah merapikan barang di pos, kami segara menyusuri tepian danau menggunakan speedboat andalan. Soal sewa speedboat, penginapan dan transportasi hehehe.. mohon maklum jangan tanya saya karena saya hanya menjalankan perintah.

1376005832295316960
1376005832295316960
Foto 2. Pondok Kerja yang menjadi tempat kami bermalam Danau ini menawan karena  air tawar di dalamnya masih sangat jernih, dengan menggunakan speedboat  atau perahu ketinting kita dapat menikmati penggiran danau dengan vegetasi yang menarik seperti Nepenthes spp. yang bergelantungan di tepian danau, banyak jenis anggrek epifit di pepohonan, dan pohon Macadamia hildebrandii yang endemik Sulawesi. Perjalanan untuk ke Pulau Bolong, Pulau Kembar dan Pulau Loeha dapat ditempuh dengan speedboat selama satu hingga dua jam, hal ini karena pengaruh cuaca, angin dan ombak. Perjalanan kami lakukan selama lebih dari 10  hari  dan setiap hari kami menyeberangi danau  untuk menuju ke pulau atau menjelajai sisi lain danau dari berbagai titik.  Bagi masyarakat setempat danau ini memiliki fungsi ekonomi karena merupakan jalur  penyeberangan alternatif yang lebih mempersingkat waktu untuk mencapai Kendari , Sulawesi Tenggara.   Para pedagang biasa memanfaatkan dermaga kecil di tepi Danau untuk menyeberang dan "membuka" pasar di tepi danau. Pasar Ini memiliki hari pasar setiap Rabu.
13760076351719841747
13760076351719841747
Foto 3. Salah satu dermaga kapal ketinting yang ada di Danau Towuti
1376007794100029769
1376007794100029769
1376010587286356255
1376010587286356255
Foto 4. Dengan speedboat bersiap menyeberangi danau
1376007946220996087
1376007946220996087
Foto 5. Salah satu sisi Danau yang merupakan hunian masyarakat Lain cerita lagi dari masyarakat sekitar bahwa Danau tektonik yang merupakan danau air tawar terbesar  di Indonesia setelah danau Toba ini merupakan habitat buaya!. dan hal ini kami alami sendiri , suatu pagi ketika pemandu merapatkan speedboat ke tepian Tanjung Baraka, kami melihat  seperti batang kayu yang kemudian tenggelam dan menimbukan gerakan air yang cukup lumayan. Pemandu kami mengatakan biasanya buaya atau mereka sebut  "nenek" sering berjemur di tepi Tanjung.  Ah, saya tidak sempat menjepretnya dengan kamera saya tapi rasanya untuk mengabadikannya pun saya berpikir tentang keselamatan kami semua. Konon menurut cerita pak Yahya -pemandu kami dari BKSDA,  Danau Towuti terjaga kebersihannya karena wisatawan dan masyarakat masih patuh dengan kearifan lokal yang mngatakan jika ada orang membuang sampah ke Danau maka  "Nenek" dan penunggu danau yang lainnya akan murka. Bagi saya Terlepas dari semua mitos tersebut, menjaga kebersihan alam memang tugas setiap manusia. Bagi saya perjalanan ke  Danau Towuti sangat mengesankan dan saya merasakan bahwa kearifan lokal turut menjaga kelestarian  danau ini sehingga hingga saat ini kita semua masih bisa berkaca di jernihnya air Danau Towuti.
1376008498943887721
1376008498943887721
Foto 6. Vegetasi di Tepi Tanjung Bakara
137600869410942604
137600869410942604
13760090031662271349
13760090031662271349
Foto 7. Spathoglottis plicata (atas),  Nepenthes sp. (bawah)
13760091451379756425
13760091451379756425
Foto 8. Pulau Loeha Hal lain yang menarik bagi wisatawan adalah keberadaan penjual makanan di area wisata danau. ditempay ini  kita dapat menikmati Kapurung, makanan tradisional yang terbuat dari sagu dan kuah ikan yang sangat lezat dengan harga Rp 15.000,-
1376010644447887154
1376010644447887154
137601071853615184
137601071853615184
Foto 9. Kapurung (atas), Es pisang Ijo (bawah) -Selamat berkaca di jernihnya Towuti-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun