Perjalanan tugas mengantar saya mengunjungi Danau Towuti  di Provinsi Sulawesi Selatan. Sebuah danau yang masih alami dengan luas mencapai 65.000 hektar ini berada di kabupaten Luwu Timur tepatnya di Kecamatan Towuti,  dapat ditempuh dengan kendaraan mobil dari Makassar selama lebih dari 12  jam. Foto 1 . Air jernih di danau Towuti Karena tugas dan pekerjaan dari instansi, saya dan tim tinggal di pondok kerja resort TWA  Danau Towuti, Matano dan Mahalona, BKSDA Sulawesi Selatan. Danau yang cantik ini  memiliki lima pulau menawan  di tengah danau yang luas yaitu Pulau Loeha, Pulau Bolong, dan Pulau Kembar. Setelah merapikan barang di pos, kami segara menyusuri tepian danau menggunakan speedboat andalan. Soal sewa speedboat, penginapan dan transportasi hehehe.. mohon maklum jangan tanya saya karena saya hanya menjalankan perintah.
Foto 2. Pondok Kerja yang menjadi tempat kami bermalam Danau ini menawan karena  air tawar di dalamnya masih sangat jernih, dengan menggunakan speedboat  atau perahu ketinting kita dapat menikmati penggiran danau dengan vegetasi yang menarik seperti
Nepenthes spp. yang bergelantungan di tepian danau, banyak jenis anggrek epifit di pepohonan, dan pohon
Macadamia hildebrandii yang endemik Sulawesi. Perjalanan untuk ke Pulau Bolong, Pulau Kembar dan Pulau Loeha dapat ditempuh dengan speedboat selama satu hingga dua jam, hal ini karena pengaruh cuaca, angin dan ombak. Perjalanan kami lakukan selama lebih dari 10  hari  dan setiap hari kami menyeberangi danau  untuk menuju ke pulau atau menjelajai sisi lain danau dari berbagai titik.  Bagi masyarakat setempat danau ini memiliki fungsi ekonomi karena merupakan jalur  penyeberangan alternatif yang lebih mempersingkat waktu untuk mencapai Kendari , Sulawesi Tenggara.  Para pedagang biasa memanfaatkan dermaga kecil di tepi Danau untuk menyeberang dan "membuka" pasar di tepi danau. Pasar Ini memiliki hari pasar setiap Rabu.
Foto 3. Salah satu dermaga kapal ketinting yang ada di Danau Towuti
Foto 4. Dengan speedboat bersiap menyeberangi danau
Foto 5. Salah satu sisi Danau yang merupakan hunian masyarakat Lain cerita lagi dari masyarakat sekitar bahwa Danau tektonik yang merupakan danau air tawar terbesar  di Indonesia setelah danau Toba ini merupakan habitat buaya!. dan hal ini kami alami sendiri , suatu pagi ketika pemandu merapatkan speedboat ke tepian Tanjung Baraka, kami melihat  seperti batang kayu yang kemudian tenggelam dan menimbukan gerakan air yang cukup lumayan. Pemandu kami mengatakan biasanya buaya atau mereka sebut  "nenek" sering berjemur di tepi Tanjung.  Ah, saya tidak sempat menjepretnya dengan kamera saya tapi rasanya untuk mengabadikannya pun saya berpikir tentang keselamatan kami semua. Konon menurut cerita pak Yahya -pemandu kami dari BKSDA,  Danau Towuti terjaga kebersihannya karena wisatawan dan masyarakat masih patuh dengan kearifan lokal yang mngatakan jika ada orang membuang sampah ke Danau maka  "Nenek" dan penunggu danau yang lainnya akan murka. Bagi saya Terlepas dari semua mitos tersebut, menjaga kebersihan alam memang tugas setiap manusia. Bagi saya perjalanan ke  Danau Towuti sangat mengesankan dan saya merasakan bahwa kearifan lokal turut menjaga kelestarian  danau ini sehingga hingga saat ini kita semua masih bisa berkaca di jernihnya air Danau Towuti.
Foto 6. Vegetasi di Tepi Tanjung Bakara
Foto 7.
Spathoglottis plicata (atas), Â
Nepenthes sp. (bawah)
Foto 8. Pulau Loeha Hal lain yang menarik bagi wisatawan adalah keberadaan penjual makanan di area
wisata danau. ditempay ini  kita dapat menikmati Kapurung, makanan tradisional yang terbuat dari sagu dan kuah ikan yang sangat lezat dengan harga Rp 15.000,-
Foto 9. Kapurung (atas), Es pisang Ijo (bawah) -Selamat berkaca di jernihnya Towuti-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya