Mohon tunggu...
Christovita Wiloto
Christovita Wiloto Mohon Tunggu... Konsultan - Christovita Wiloto, Sangat mencintai Indonesia, lahir di Cilincing di akhir tahun 60an, penulis buku The Power of Public Relations dan Behind Indonesia's Headlines. Pendiri Indonesia Young Entrepreneurs dan Strategic Indonesia.

Christovita Wiloto, Sangat mencintai Indonesia, lahir di Cilincing di akhir tahun 60an, penulis buku The Power of Public Relations dan Behind Indonesia's Headlines. Pendiri Indonesia Young Entrepreneurs dan Strategic Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengkritik

6 September 2014   23:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:26 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat, "Mengkritik" adalah satu hal yang unik, saya pribadi melihatnya bukan suatu tindakan yang negatif, justru positif

Mungkin Frase (Phrase) yang pas untuk mengkritik adalah
"Kalau bisa tidak alergi kritik, kenapa harus alergi?"
"Kalau bisa tidak marah dikritik, kenapa harus marah?" Atau
"Kalau bisa nyaman dikritik, kenapa harus tidak nyaman?"

Tentu kritik dengan kadar tertentu dan dengan niat positif untuk membangun.

Memang kita harus berjuang keras untuk bisa nyaman dikritik, saya pun sering merah telinga dan emosi ketika dikritik, namun saat emosi reda, saya pun menyadari pentingnya kritik bagi hidup saya.

Kritik menjadi sangat penting di Indonesia, karena khusus kondisi di Indonesia ini, MAAF, sudah seperti masyarakat yang hidup di dekat WC, awalnya tidak nyaman akan "bau WC", namun lama kelamaan "bau WC" sudah tidak tercium lagi dan berabenya bahkan kita menjadi "nyaman"

Perumpamaan tadi bisa kita lihat dengan:
Buang sampah sembarangan
Tidak mau antri
Praktek menyuap (bukan pungli saja) karena banyak dari kita yg suka diperlakukan khusus, sehingga gemar menyuap, tipping, dll kepada petugas, aparat dll yg akhirnya merusak mental mereka
Sistem pendidikan kita
Sistem kesehatan kita
Sistem transportasi kita
Mafia BBM
Mafia Migas
Mafia beras
Mafia terigu
Dll yang terlalu banyak terjadi di Indonesia dan sudah dianggap menjadi suatu hal yang wajar dan normal.

Nah dalam kondisi ini justru diperlukan kritik, mereka yang mencium "bau tak sedap" pun mulai melakukan kritik, bersyukurlah Indonesia sebagai negara pengguna media sosial yang besar, karena kritik-kritik itu dapat segera tersalurkan dan segera pula difollow up.

Revolusi Mental justru berangkat dari kritik orang-orang yang masih bisa "mencium aneka bau-bau tidak sedap" itu

Bagaimana menurut pendapat Sahabat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun