Mohon tunggu...
Christo Santos
Christo Santos Mohon Tunggu... Penulis - Sang Musafir Sajak

Aku ragu ada dan tiadaku. Namun cinta mengumumkan aku, Aku ada!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dosa Agama Atau Dosa Manusia

18 Desember 2021   21:52 Diperbarui: 18 Desember 2021   22:09 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama selalu dianggap sebagai suatu paham kebenaran sejati, kebenaran untuk mencapai kebahagiaan tertinggi yakni memuja TUHAN Yang tidak Kelihatan tetapi keberadaannya diyakini oleh manusia. Manusia menjadikan agama sebagai pusat sentral kehidupan dan tidak segan-segan membela TUHAN atas nama agama bahkan tidak sedikit agama mengklaim diri sebagai pemilik kebenaran absolut yang diberikan langsung oleh TUHAN sebagai bentuk yang tertinggi. Dikatakan Yang Tertinggi karena diyakini menciptakan semesta dengan firman atau sabdaNya.

Sejarah mencatat perang besar manusia atas nama agama dan TUHAN yang mereka yakini pernah terjadi seperti perang pembebasan dalam (Kitab Suci Yahudi, Kristen, dan Islam) perang salib antara Kristen dan Islam yang terjadi selama ratusan tahun. Banyak pembunuhan, kelaparan dan penyakit terjadi. Semua itu semata-mata untuk membela TUHAN yang mereka anut padahal tidak sedikit ajaran manusia yang mengutamakan kemanusiaan terutama membunuh diyakini dosa.

Ketika manusia membunuh atas nama TUHAN, berdosakah agama itu ataukah manusia yang berdosa? Tentu saja tidak sedikit agama yang menyatakan bahwa membunuh untuk membela agama itu adalah kebenaran.

Ada dua sudut pandang tentang agama yang diambil [dibatasi oleh penulis meski banyak aliran tidak percaya akan TUHAN]: Dari sudut pandang agama, salah satu tokoh Islam Indonesia Gus Dur pernah menulis sebuah artikel di Tempo pada 28 Juni 1982 berjudul: "TUHAN Tidak Perlu Dibela". Singkatnya isi artikel seperti ini; Kebenaran ALLAH tidak akan berkurang sedikitpun dengan adanya keraguan orang. Maka ia pun tenteram. Tidak lagi merasa bersalah berdiam diri. TUHAN tidak perlu dibela , walaupun juga tidak menolak untuk dibela."

Sementara dari sudut pandang kaum fanatik ilmuan sains seperti Charles Darwin dan Richard Dawkins (masi banyak lagi) menolak kebenenaran tentang TUHAN dan konsep-konsep keagamaan. Hal ini tentu saja memicu perang konsep agama dan sains dengan pemikiran solutif dianggap jalan kebenaran. Charles Darwin jelas menolah konsep agama tentang penciptaan dengan teori evolusi dan sementara Richard Dawkins menerbit beberapa buku untuk menentang otoritas agama yang sangat berkuasa tentang penciptaan salah satunya adalah The God Delusion (2006). Pernyataan yang ia lontar sebagai berikut: "Saya menolak agama karena agama mengajarkan kita untuk puas saja meski tidak tahu apa-apa soal dunia tempat kita hidup".

Agama dan sains selalu bertentangan bagi sebagian orang. TUHAN harusnya tidak perlu dibela dengan menentang kemanusian dari manusia, mestinya keyakinan selalu diimplentasikan lewat perbuatan bijak, yang kuat melindungi yang lemah dan yang lemah menghormati yang kuat. Jadi bagaimana kita melihat situasi dari sisi kemanusiaan dan mengesampingkan perbedaan.

Jadi membutuh atas nama agama dan TUHAN tetap saja dosa yang mesti ditanggung oleh manusia sementara agama hanya sekelompok orang menerapkan cara pandang manusia terhadap TUHAN. Harusnya TUHAN tidak perlu dibela jika manusia meyakini TUHAN sebagai kebenaran tertinggi. Mari memuja TUHAN dengan konsep yang berbeda untuk kemanusiaan bukan menghakimi manusia atas nama TUHAN.

Atambua, 18 Desember 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun