Mohon tunggu...
Christophorus Daniel Kurniawan
Christophorus Daniel Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid

Filosofer abal-abalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengolah Rasa, Mencintai Budaya Melalui Kanilaras

18 September 2024   23:56 Diperbarui: 19 September 2024   00:33 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengalaman Kanilaras SMA ini tidak hanya memaksa mereka untuk berlatih dan beradaptasi dengan cepat, tetapi sekaligus menunjukkan bahwa ekstrakurikuler Kanilaras dapat menjaga dan melaksanakan kewajibannya untuk menampilkan yang terbaik dalam kegiatan apapun. Maka dengan itu, perjalanan ekstrakurikuler Kanilaras terisi dengan begitu banyak latihan, dari kegiatan Porseni yang diadakan pada Desember 2023, sampai adanya pelaksanaan misa Minggu Palma pada Maret 2024. Dari itu pula, Kanilaras datang di Tahun Ajaran 2024/2025.

Kecil-kecil Cabe Rawit, Semangat yang Memesona
Tahun Ajaran kini melihat lebih banyak murid-murid yang terdorong akan keinginan mereka untuk menjaga dan melestarikan budaya seni karawitan secara volunter. Di Kanilaras SMA, lebih dari sepuluh murid kelas 10 mendatangi ekstrakurikuler gamelan secara sendirinya, dan ditambahkan dengan dua orang yang gagal seleksi dan lima orang yang ikut dari tahun sebelumnya, melihat 17 murid SMA yang siap menjalankan tugas mereka untuk menjaga budaya di masa kini.

Mungkin hal yang tidak diperkirakan oleh penulis pada masanya sebagai ketua Kanilaras SMA adalah antusiasme dan semangat yang membara dari anak-anak Kanilaras SMP, yang terkadang bisa melebihi mereka yang dari SMA. Sudah biasa hal tersebut bisa dilihat, terutama karena mereka masih muda dan belum merasakan kesulitan yang dilewati oleh mereka yang kelas 10, dan mereka tidak takut beropini seperti mereka yang dari SMA. Seringkali, penulis melihat bahwa perasaan sama yang ia rasakan dalam dirinya ketika pertama kali menampilkan seni karawitan Kolese Kanisius di lingkungan CC Cup.

Melihat begitu banyaknya orang yang berminat mengikuti Kanilaras SMP dan SMA, penulis tidak begitu takut akan masa depan pelestarian dan penanaman budaya seni karawitan di ranah pelajar remaja. Begitu pula, sebagai ketua Kanilaras SMA yang pertama, penulis dapat merasakan bahwa walaupun posisi itu telah diberikan kepada seorang anak kelas 11 yang ia percayai, tugasnya pun masih belum selesai sampai sini.

Seharusnya, Dewasa Lebih Mengerti
Menurut penulis, pelestarian dari budaya seni karawitan sudah sepantasnya melebihi ranah pelajar di Kolese Kanisius dan berbagai sekolah-sekolah lain. Daerah Yogyakarta dan Solo melihat banyak sekali pelestarian budaya gamelan oleh para dewasa dan sesepuh, dan seharusnya semakin dewasa berarti semakin mengerti bahwa apa yang menjadi identitas bangsa kita harus tetap kita lestarikan bagaimanapun caranya.
Sebagai anggota dari komunitas Kanilaras ini, saya berharap bahwa Anda---pembaca, teman, ataupun guru---dapat datang ke Kolese Kanisius untuk menemukan hal-hal baru dari penampilan kami di dalam komunitas Kanilaras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun