Pada tanggal 7 Mei 2024, video game terkenal Honkai: Star Rail (HSR) mengeluarkan update terbarunya, yakni patch 2.2: Then Wake To Weep. Dalam versi update ini, Hoyoverse, pembuat HSR, melanjutkan cerita yang berada dalam dunia Penacony, suatu dunia fantastikal di mana orang-orang dapat tidur dan masuk dalam mimpi-mimpi yang dibagikan oleh banyak orang dengan tujuan menjelajahi dan merasakan kesenangan tanpa batasan dunia nyata.
Dalam cerita dalam Penacony, kita bertemu dengan ketua dari dunia mimpi ini, yakni Sunday. Sunday merupakan seseorang yang selalu bersikap rasional, tidak ingin ada resiko buruk dalam segala rencananya, dan sering mengkhawatirkan mengenai masa lalu, kini, dan depan dari dunia mimpi Penacony.Â
Dalam cerita versi 2.2, para pemain dicerikan oleh tujuan Sunday sebenarnya membawa mereka ke Penacony, yakni membentuk suatu dunia di mana orang-orang dapat berlindung dari kekejaman dunia nyata, dan memilih untuk hidup seluruh sisa nyawa mereka dalam dunianya Sunday. Mereka rela membiarkan tubuh mereka di dunia nyata menghilang dan pergi hanya hidup dengan nyawa mereka dalam dunia yang dibuat oleh Sunday. Sunday sendiri juga tidak masalah dengan hal ini, karena dia hanya ingin orang-orang itu untuk tinggal hanya dalam kesenangan, tanpa ada gangguan masalah mereka di dunia nyata.
Sunday sendiri, secara objektif, berniat baik dalam memberikan suatu tempat di mana banyak orang dapat tinggal dalam kenyamanan dan menghindari dari kekejaman dunia nyata. Namun, Sunday percaya bahwa dia harus memiliki kontrol penuh dunia dan nyawa mereka, karena dengan itu dan baru dengan itu, dia dapat memberikan mereka kehidupan yang mereka inginkan tanpa mereka harus keluar---dan mereka tidak boleh keluar, sehingga mimpi orang-orang lain tidak terganggu juga. Dengan itu, apakah dapat dikatakan bahwa dunia Sunday ini merupakan suatu dunia yang pantas untuk diincar dan diikuti?
Lain cerita dengan HSR, pada tanggal 27 April 2024, komposer Satsuki mengeluarkan suatu lagu bernama "Mesmerizer" yang dinyanyikan oleh Vocaloid bernama Hatsune Miku dan Kasane Teto. Lagu ini, secara simplistiknya, menceritakan bagaimana orang-orang yang sudah muak dan capek dengan kejamnya dunia nyata dapat memilih untuk meninggalkan kekejaman tersebut dengan melakukan hipnosis. Secara esensial, proses ini membiarkan orang-orang yang memilihnya untuk tidak mempedulikan masalah-masalah dunia nyata mereka, dan mereka ditinggalkan dengan pikiran sendiri untuk berfantasi apapun.
Seiring berjalannya lagu tersebut, Miku semakin terdorong oleh ilusi hipnotis itu selagi Teto memberikan signal "HELP" atau permintaan tolong kepada penonton karena dia sendiri tidak ingin jatuh ke ilusi tersebut. Pada akhirnya, Miku yang terkena hipnotis sudah tidak mempedulikan dunia luarnya, dan koreografinya sudah lanjut bahkan ketika sudah tidak merupakan bagiannya lagi, dan Teto jatuh pula walaupun awalnya memilih untuk menolak ilusi dunia fantastikal yang bisa dia rasakan. Tentunya, ada persamaan antara simbolisme proses hipnotis dan penggunaan ponsel sebagai cara tidak peka terhadap dunia sekitar. Karena itu, apakah memilih untuk menutup diri dari interaksi dengan dunia luar lebih baik daripada menghadapinya dengan resiko merasakan sakit yang lebih parah?
Menurut Robert Nozick, melalui eksperimennya, The Experience Machine, tidak. Eksperimen ini menceritakan suatu mesin yang dapat memberikan simulasi dunia yang tidak dapat dibedakan dari dunia nyata, hanya saja, semua kejadian baik dan buruk dari dunia nyata akan diganti dengan kejadian baik yang setinggi-tingginya dan tiada kejadian buruk. Bagi pengamat luar, terlihat seperti eksperimen ini merupakan suatu hal yang sudah seharusnya kita incarkan, tetapi bagi yang mengikutinya, mereka masih punya alasan kenapa mereka tidak mau hanya ikut dalam dunia yang hanya penuh dengan kesenangan. Kenapa demikian?
Menurut Nozick, eksperimennya menjadi bukti bahwa hidup, terutama kehidupan nyata, memiliki suatu nilai intrinsik yang tidak bisa didapatkan hanya melalui merasakan kesenangan tanpa batas. Hal ini dicontohkan dengan kasus terkait dengan kenyataan dan kebenaran. Misalkan A dan B saling bercinta, dan A suka sekali dengan B. Namun, tanpa diketahui A, B dan C selingkuhan selama mereka masih berpacaran, dan apabila A mengetahuinya, maka A menjadi takut untuk bercinta seumur hidupnya. Apakah lebih baik kalau A tahu kebenaran dari hubungannya dengan B? Atau apakah A lebih baik dibiarkan menerima kesenangannya dengan B seumur hidup tanpa mengetahui kebenarannya?
Tentu, bagi banyak orang, kebenaran dan perasaan bahwa kehidupan yang kita lewati merupakan perjuangan masing-masing orang menjadi makna dari mereka lanjut untuk menerima dunia nyata dan hidup terus-menerus---kepercayaan bahwa gabungan baik dan buruk yang setiap orang lewati adalah apa yang membuat hidup itu spesial. Hanya karena seseorang melewati masa yang buruk dalam hidupnya bukan berarti mereka harus mencoba selalu menghindari dunia nyata, tetapi hanya karena masa-masa buruk itu bahwa masa-masa baik setelahnya dan sebelumnya terasa lebih bermakna. Itulah yang benar-benar membuat menjalani kehidupan nyata sesuatu yang bermakna---merasakan kenyataan yang hanya dapat didapatkan dari campuran semua kejadian yang baik dan buruk.
Jadi, apakah sebaiknya kita membiarkan orang lain untuk menciptakan dunia bagi kita yang hanya dipenuhi dengan kesenangan? Atau apakah sebaiknya kita memilih untuk menutupkan diri sendiri dari dunia luar dan hanya bersenang-senang dalam fantasi pikiran kita sendiri? Sebaiknya, kita semua merasakan dunia nyata sebagaimanapun adanya tanpa mencoba untuk melarikan diri dari hal-hal yang menyakitkan dan hanya mengincar yang menyenangkan. Karena hanya dengan sakit maka kita dapat sembuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H